His 🤎 :
"Jujur aku juga lagi deket sama temen kuliahku, dia sejurusan dan satu kelas sama aku."
Deg!! Jatungku rasanya berdetak lebih kencang saat membaca pesan itu. Seketika air mata mengalir begitu saja membasahi pipi.
Me :
"Wkwk sudah kuduga, terus mau kamu apa sekarang?"
His 🤎:
"Ngga tau aku juga bingung"
Me :
"Terserah kamu deh"
Aku berusaha untuk menenangkan diri sejenak dengan memblokir kontak tersebut. Aku nangis sejadi-jadinya, padahal saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 23.17 WIB. Aku tidak ingin menyesali perpisahan kali ini seperti perpisahan sebelumnya. Mungkin menangis dan diam bukanlah sebuah solusi, namun aku tidak ingin mengeluarkan kata-kata yang akan ku selali lagi. Hingga tepat pukul 00.20 WIB aku memberanikan diri untuk berbicara dengan dia lagi di chat.
Me :
"Udah yu sekarang kita jujur aja sama perasaan masing-masing, ngga akan bener kalau aku diem terus kamu juga diem"
Me :
"Sekarang mau kamu gimana? kamu masih ada perasaan ngga sama aku?"
His 🤎:
"Sebentar lagi main game"
Me :
"Lagi main game apa telponan? haha"
His 🤎:
"Main game astaga"
Me :
"Gimana mau lanjut atau udah?"
His 🤎:
"Kayaknya udah ngga bisa di lanjut deh"
Me :
"Gitu kek dari tadi, tinggal ngomong gitu doang susah banget keknya"
His 🤎:
"Makasih buat segalanya selama ini"
Me :
"Iyaa makasih juga"
Mungkin keliatannya aku tegar dari ketikan itu, namun jika kenyataannya aku benar-benar seperti kehilangan duniaku. Karena dia adalah orang pertama yang aku cintai dengan hebat. Aku menyayangi orang itu melebihi diriku sendiri. Malam yang dingin saat itu dan keadaan sudah sangat sunyi di luar hanya terdengar lirihan tangisku yang ku tutup dengan bantal. Hingga akhirnya aku dapat tertidur sekitar jam 2 dini hari.
Keesokan harinya aku bangun dengan wajah yang muram dan berkantung mata. Sebenarnya aku bukan tipe anak yang mudah memiliki kantung mata, namun malam itu aku benar-benar tak henti-hentinya menangis hingga akhirnya memiliki kantung mata. Meski begitu aku melakukan aktivitas pagiku seperti biasa. Solat subuh, merapikan kasur, serta sarapan. Hari ini juga aku sudah memiliki janji dengan sahabatku, Laras. Kita akan main ke kebun raya, dia tau aku baru putus semalam itulah sebabnya dia mengajakku keluar siang nanti.
Waktu telah menunjukkan pukul 10 pagi, aku pun bergegas untuk pergi naik ojek online. Sesampainya disana aku menunggu Laras karena aku belum melihat tanda-tanda kehadirannya.
"Maira!" seru seseorang dari kejauhan, aku mengenal suara itu karena dia adalah Laras.
"Eh, datang juga akhinya lu. Gua nunggu dari tadi disini."
"Hehe maaf tadi macet di jalan."
"Ya udah yuk beli tiket dulu," ajakku.
"Hayu."
Setelah membeli tiket kita langsung masuk. Saat masuk kita disuguhi dengan pemandangan alam yang indah. Siang itu tidak terlalu panas namun juga tidak mendung. Bagiku cuaca di hari itu sangat normal untuk sebuah kota hujan. Pohon-pohon tinggi disana membuat riuh angin yang menyejukkan.
Aku dan Laras berbincang-bincang selama disana sambil mengabadikan moment di hari itu. Kami berkeliling kebun raya dari sekitar jam 11 siang sampai pukul 3 sore. Lelah? tentu tidak justru itu adalah perjalanan yang menyenangkan, walaupun di tempuh dengan jalan kaki. Mungkin kami tidak merasa kelelahan karena kesedihan yang sudah menumpuk selama berhari-hari.
Setelah itu puas berkeliling kami memutuskan untuk berjalan keluar di sekitaran kebun raya untuk mencari makan dan minum. Karena jujur saja kami tidak membawa makanan ataupun minuman selama di kebun raya. Bukan tidak boleh tapi kami memang lupa hehe.
Tepat pukul 17.00 kami memutuskan untuk mengakhiri perjalanan yang menyenangkan hari ini. Sesampainya di rumah rasanya sunyi kembali. Tak ada notif di hp ku seperti biasanya. Aku merindukan notifikasi favoritku kala itu. Malamnya sebelum tidur aku menangis, karena jujur aku masih merindukan dia. Bahkan aku berfikir tidak akan bisa melupakan dia dalam waktu yang sebentar. Satu tahun bersamanya memang sebentar tapi kenangannya sangat membekas di ingatanku. Bahkan kota ini pun menjadi saksi ketika aku masih bersama dengannya. Aku selalu mengelilingi kota ini dengan dia saat tidak memiliki tujuan. Ntah sampai kapan aku berada di fase ini. Aku hanya berharap bisa segera keluar dari fase ini. Karena bagiku fase ini sangat mengganggu aktivitas harianku. Aku yang biasanya makan tepat waktu dan banyak kini selalu telat bahkan bisa seharian tidak makan serta emosi yang tidak stabil, benar-benar menggangguku.