Galeh Pramudianto merupakan redaktur pelaksana dan pengelola media sosial Penakota.id. Ia bekerja sebagai pengajar. Buku puisinya berjudul Skenario Menyusun Antena (2015) dan Asteroid dari Namamu (2019). Beberapa tulisannya tersiar di Harian Kompas, Koran Tempo, dan beberapa media daring serta antologi komunal.
Jakarta , 20 Juni 1993
Penakota.id - Apakah persepsi? Apakah bunyi? Apakah bahasa? Apakah ruang? Apakah tubuh? Pertanyaan pertanyaan tersebut hadir lewat POSTHASTE (sebuah p...
Penakota.id - Medium is the message adalah pasase yang tersohor dari ilmuwan Marshall McLuhan. Ia mengatakan bahwa media itu sendiri lebih pentin...
“Aku adalah metafora yang gagal merumuskan kenyataan. Gagal berhubungan dengan kalimat-kalimat yang sering kau gunakan. Lindungilah aku dari naf...
Penakota.id - Di masa vakansi seperti ini ada banyak hal menarik yang bisa kita lakukan. Di Indonesia, lebaran identik dengan mudik serta be...
Penakota.id - Belakangan ini fiksi ilmiah sedang menjamur di berbagai industri kreatif Indonesia. Pertama, bisa kita lihat dari dunia audio visua...
Penakota.id – “And so it goes…” Slaughterhouse-Five, Kurt Vonnegut. Tahun-tahun berlalu, kelas medioker dan semen...
Ketika berbicara prosa, tentu ada cerita di dalamnya. Lalu bagaimana cara memulainya? Banyak. Saya selalu percaya bahwa setiap karya sastra selalu pun...
Hari ini kita mengenal istilah-istilah baru. Pandemi memaksa membawa semua gerbong itu. New normal, lockdown, herd immunity, protokol kesehatan, uji c...
Delapan buku favorit ini murni versi saya, bukan representasi situs ini. Kebetulan karena privilese dan kemudahan akses, maka ditulis di sini. Setiap...
Penakota.id - Berbicara soal cahaya, saya jadi teringat akan sebuah peristiwa sains yang diabadikan Storm Thorgerson pada cover album Pink Floyd, Dark...