Adalah hujan yang jatuh di pelataran depan rumahmu; Serupa air mata perempuan ketika dilukai kenangan juga rindu yang patah diperjalanan. Makassar, 2016
Hujan di kotamu awet. Sementara di dadaku hujan telah reda. Hanya saja; sisa-sisa dingin masih berkemas di sana. Mengemasi tentangmu dan segala yang pernah kusemogakan; telah kumakamkan pelan-pelan...
Maukah kau menunggu? Sebentar saja. Aku masih ingin menikmati sisa-sisa rindu di beranda. Seperti dulu; jauh sebelum akhirnya kita saling sepakat menjatuhkan kesedihan, lalu melukai pangkal jantu...
Malam kian pekat. Aku masih termangu pada ruangruang sepi paling sunyi di kotamu, Membesarkan rindu sendiri. Berharap kelak; ia menemukan jalan pulang menuju jantungmu tanpa harus terluka lagi....