Aku nikahkan kau dengan diriku sendiri, Dengan emas kawin cahaya, tunai! Aku menikahi kau, atas nama senyuman Yang sedang ditanggalkan, tunai! Aku tela...
Beberapa kali aku menghabiskan pagi dengan tidur, sisanya jujur, lugu, dan berbahaya. Pagi milikku tidak lebih dari pagi yang mawar. Jika sebentar saja merekah, pagi yang l...
Tidak ada yang lebih dingin dari sore hari ketika mata kursi melihatku murung, duduk menekukkan kedua lutut seolah tempat persembunyian paling menyenangkan. Sepanjang hari aku bera...
1. Keterlambatan adalah sebuah ruang yang di dalamnya hanya air mata, di dalamnya kenangan yang tidak boleh kuketahui. 2. Keterlambatan adalah nyala lilin yang mati sebelum api din...
Tidak ada yang lebih kabut dari pada kesunyian. Pekat di sela-sela pepohonan, bersembunyi pada lorong-lorong yang selalu menjadi pengulangan, menjadi sunyi cenderung membunuh diri sendiri.
-- Menulis bebas setelah membaca puisi M Aan Mansyur dalam buku Melihat Api Bekerja Segala yang menampak di dinding itu adalah coretan-coretan lama, orang-orang terjebak dalam luki...
Hujan membawa tubuhku di atas sebuah jalan yang menjauhimu, meninggalkan pintu kamarku dan kamu yang sedang tidur dalam selimut, dalam kepalamu bukan aku. Malam ini aku keluar dari...
Malam yang nisbi kini bergantung pada kedua matanya, bergantung pada pandangannya yang menyinari taman-taman kota dengan segelas kopi aku berada. Kesunyian tidak selalu sendiri, ad...
Tap. Hari ini berdoa. Selesai. Kopyah hitam. Bernyanyi-nyanyi. Untuk Kau, Pram, dan Bob Marley. Nyanyiannya, takkan usai. 06 Februari 2017