Cermin Kutukan Grassmary
Cerpen
Kutipan Cerpen Cermin Kutukan Grassmary
Karya agussanjaya
Baca selengkapnya di Penakota.id

 


Malam ini lebih sunyi daripada kemarin, anginpun tak mau menampakkan dirinya. Bahkan serangga malam yang biasanya memecah kesunyian. Kini mereka membisu seperti batu.


 


Tak beberapa lama, kesunyian itu mulai berubah menjadi ketakutan. Aku mendengar suara tangisan yang entah berasal dari mana. Suara ketukan juga turut menghiasi malam. Bulu kudukku meremang, aku menutup diri dengan selimut tebal.


 


Tangisan itu tak mau berhenti. Aku mulai penasaran untuk mencari tahu asalnya. Aku membawa stick golf milik ayah untuk berjaga-jaga, barangkali ada penjahat yang mengintai di luar sana. Aku berjalan menuruni tangga, mengikuti suara tangisan yang sepertinya mengarah ke gudang.


 


Berbekal senter kecil, aku mulai masuk ke dalam. Perasaan takut kembali menyergapku, tetapi aku mencoba untuk tenang. Tidak ada siapapun di dalam gudang, hanya beberapa lukisan antik koleksi ayahku dan peralatan masak di sana.


 


Aku memutuskan kembali ke kamarku, karena di sana tidak ada yang mencurigakan. Saat aku berbalik, suara ketukan kembali terdengar. Rupanya berasal dari cermin besar yang ditutup dengan kain putih. Aku yang penasaran membuka kain itu secara perlahan, hingga aku mendapatkan sebuah sentuhan di bahu. "Aaaaaaaaaa," teriakku kencang.


 


Ternyata ibu yang mengagetkanku. Ibu terlihat tidak suka melihatku di gudang. "Sudah berapa kali ibu melarangmu ke sini, mengapa kau selalu membantah?"


 


"Aku hanya penasaran Bu, maafkan aku!"


 


"Kau memang perlu dihukum! Agar tidak membantah ibu lagi."


 


"Tapi Bu ... Apa yang salah? Aku hanya penasaran dengan keanehan rumah ini. Apalagi larangan untuk bercermin, menurutku semua itu tak masuk akal."


 


"Itu semua demi kebaikanmu, sekarang kembalilah ke kamarmu!" kata ibu sembari menarikku paksa.


 


Ibu mengunciku di dalam kamar selama beberapa hari. Aku sangat bosan karena tidak bisa ke luar, hukuman ini benar-benar menyiksaku. Saat bangun tidur, makanan selalu tersedia di meja belajarku. Mungkin ibu yang menyiapkannya sebelum aku terbangun, lalu kembali mengunci pintunya.


 


***


 


Setelah beberapa hari, aku dibebaskan dari penjara yang merenggut kebebasanku. Aku kini bisa bersekolah dan bermain dengan teman-temanku seperti biasanya. 


 


Saat pulang sekolah, ibu rupanya sedang tidak ada di rumah. Aku masuk ke kamar ibu untuk meminjam pengisi daya handphone, maklum milikku tengah rusak seminggu lalu. Tak sengaja aku menemukan sebuah foto di bawah tempat tidur ibu. Aku mengambil dan melihatnya. Terlihat keluarga yang bahagia, mereka terdiri dari ayah, ibu, dan dua bayi yang lucu.


 


Aku beranggapan jika yang ada dalam foto itu adalah keluargaku. Namun, aku membingungkan dua hal. Di mana ayah dan satu bayi lainnya? Aku akan menanyakan semua ini pada ibu.


 


"Ibu, aku ingin menanyakan beberapa hal padamu!"


 


"Rose, ada apa?"


 


"Foto ini, ada yang ibu sembunyikan dariku?" tanyaku sambil menyodorkan foto itu.


 


"Apa maksudmu sebenarnya?"


 


"Ayah dan satu bayi lagi yang ada dalam foto itu. Di mana mereka Bu?"


 


"Ayahmu pergi saat usiamu satu tahun, ia juga membawa kembaranmu."


 


"Apa yang Ibu katakan benar?"


 


Ibu mengembuskan napas. "Untuk apa aku membohongimu? Aku berkata sebenarnya."


 


"Baiklah, aku akan kembali ke kamar!"


 


***


 


Aku pulang dari sekolah menjelang sore, maklum ekstrakurikuler ballet yang kuikuti akan segera menggelar pertunjukkan. Sore ini angin bertiup lembut, burung-burung terbang di atas langit.


 


Aku berjalan santai, hingga di kejauhan seorang nenek tua menatapku aneh. Ada kekhawatiran sangat memandangnya, aku takut dia akan berbuat buruk terhadapku.


 


"Kembaranmu akan segera kembali!" kata nenek itu lirih, tetapi masih bisa kudengarkan dengan jelas.


 


"Apa maksud Nenek?"


 


"Dia akan merebut kehidupanmu dan mengambil haknya kembali!"


 


"Memang dia ada di mana sekarang?"


 


"Kau hanya perlu berhati-hati!"


 


"Aku tidak mengerti maksud Nenek?" tanyaku masih bingung, ternyata nenek itu telah menghilang tanpa kusadari.


 


***


 


Aku kembali mendengar suara tangisan misterius itu. Namun kini diikuti oleh suara minta tolong yang menyebut namaku. Aku ketakutan, tetapi juga penasaran dengan hal itu. "Siapa kau sebenarnya?"


 


"Tolong aku Rose! Aku di dalam gudang."


 


Aku segera berlari ke dalam gudang. Kutelusuri setiap sudut, tetapi tidak ada siapapun di dalam sana. "Kau di mana?"


 


"Buka penutup cermin ini! Aku mohon!"


 


Aku mendekati cermin tua, dengan sedikit ragu kubuka penutupnya. Cahaya terang membuat mataku sangat silau. Aku merasakan tubuhku seperti terbang jauh entah ke mana. Seorang gadis yang wajahnya mirip denganku tertawa bahagia. Ia terlihat mengejekku.


 


"Mengapa kau tertawa?"


 


"Kau cantik sepertiku, tapi sayangnya kau terlalu bodoh."


 


"Apa maksudmu?"


 


"Aku adalah saudari kembarmu. Selama ini aku terjebak dalam cermin ini. Aku hanya bisa bebas, jika seseorang mau membuka penutup cermin ini. Lalu bertukar posisi denganku."


 


Aku mulai sadar dengan apa yang terjadi. Kini aku telah berada di dalam cermin, meratapi kesalahan yang telah kuperbuat. "Ini pasti cuma mimpi! Benar kan?"


 


"Hahaha, ini adalah kenyataan pahit untukmu!"


 


Aku mencoba tenang, semoga akan ada pertolongan untukku. Tak beberapa lama, seseorang masuk ke dalam gudang. Orang tersebut adalah ibu. Ia terlihat marah dengan kembaranku itu. "Ibu sudah melarangmu, mengapa kau masih bandel?"


 


"Apa maksudmu Bu? Ada apa dengan cermin ini?" tanya gadis itu menunjuk cermin.


 


Ibu segera menutup cermin dengan kain. Suaraku yang berteriak kencang, bahkan tidak terdengar sedikitpun oleh ibu. Aku hanya bisa menangis lirih.


 


"Malam Grassmary adalah kutukan bagi keluarga ini, kau dilahirkan bersama kembaranmu yang dirasuki iblis. Saat bayi aku dan ayahmu memutuskan pergi ke pendeta. Beliau meminta kami membuat ritual dengan banyak lilin dan cermin itu, untuk memasukkan dia ke dalam sana."


 


Aku terkejut dengan fakta ini. Kembaranku adalah kutukan yang telah diasingkan dari keluarga ini. Tetapi masih tersisa satu pertanyaan lagi, di mana sekarang ayahku.


 


"Di mana Ayah sekarang?" tanya gadis itu.


 


"Rosie sudah membunuhnya. Ayahmu ditusuk dengan pisau."


 


Aku sudah tak sanggup lagi. Dia benar-benar kejam, saat bayi sudah membunuh ayahku. Suara langkah kaki terdengar ke luar dari sini, aku hanya bisa meratapi nasib.


 


"Rose yang bodoh, kau akan mendekam di dalam sana untuk selamanya. Bahkan sebentar lagi ibu akan menyusul ayah ke neraka!" kata Rosie disertai tawa mengerikan.


 


Aku menjerit sekeras mungkin, berharap ada seseorang yang bisa menolongku. Tetapi semuanya mustahil, tak ada siapapun di luar sana. Aku kembali menangis, kesalahan fatal yang telah kulakukan juga berdampak buruk pada ibuku sekarang. Aku tidak akan pernah tahu yang terjadi setelah ini, semoga Tuhan selalu memberikan keselamatan untuk ibuku. "Ibu, maafkan Rose!"


 


23 Oktober 2021

20 Aug 2022 04:33
359
Jombang, Jawa Timur, Indonesia
9 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: