untuk: musimhujanku
aku rebahkan tubuhku dan ingin
membaca malam, lampu, pundak, daki,
kita, dan segala hal yang pernah
menyaksikan matamu sembunyi di dadaku.
lengan yang lengang menunggu malam
meninggi-dan kita tahu, malam, sudah
berkali-kali jadi perempuan pemalu
bagi pertemuan yang lalu-lalu.
aku telentang, menatap samar
langit-langit kamar,
ruangan itu pernah menelanjangi
angan-angan dari tangan kita
dalam redup remang bahasa,
juga napas buku puisi.
aku ingin membacakanmu sebait
dua bait dari buku yang pernah
ingin kutanyakan kenapa kita cintai.
tapi kau, memilih aku tetap tinggal
dan mendekap tubuh dinginmu.
lupakan puisi-puisi tercetak itu,
kata mata ngantukmu,
dan teruslah mencium bibirku.
yang tidak akan membahayakan hidupku,
barangkali, adalah mencintai buku
dan mencintaimu.
buku, memiliki banyak
halaman untuk bercerita.
kamu, memiliki banyak
hal aman untuk bercita-cita.
seperti pagi-siang-sore-malam
berulang-ulang dan tak ada satu pun
dari kita yang hendak pergi pulang.
tapi entah kenapa kita hanya bisa
saling diam di ambang malam.
saling merindukan, bahkan,
ketika kita sangat mungkin
saling mengaitkan lengan.
aku mencintaimu, dan tak pernah cukup
jika hanya berkali-kali mengutarakannya
pada waktu, juga padamu.
aku ingin dan telah tidur di pangkuanmu,
juga di pengakuanmu dan bertanya-tanya
apakah selamanya adalah kata sifat
atau kata kerja yang tak kenal gaji
di kantor kesayangan kita.
kau bertanya, mengapa rindu
semakin nakal di jengkal pangkal
pelukan malam-malam kita yang tak biasa?
rindu, barangkali, agen khusus
dari tuhan. diutus ke bumi
untuk tetap membiarkan kita berjarak.
ia jugalah yang menciptakan teror
di antara kita. seperti sekarang, kataku.
seperti bersarang, katamu.
kini aku duduk bersila,
menggenggam tanganmu yang jauh
demi membuktikan kita lebih dekat
dari satuan jarak yang pernah
diketahui ilmu pengetahuan.
kita bisa melupakan mimpi semalam,
atau menyimpannya jika tak sukar mengingat.
tapi, pagi menawarkan banyak harapan.
matahari ada, dan membuat kita percaya
hari ini akan baik-baik saja.
aku ingin lebih lama bersembunyi
di lilitan lengan dan jenjang kakimu.
seperti berada di pelukan gurita
di gulita laut yang menyimpan musim.
segala musim, termasuk hujan,
yang pernah kita tuliskan di halaman.
sayangku yang selalu
mengingatkanku pada musim hujan,
malam baru saja menyerahkan mimpi.
pagi tak merebut apa-apa.
kita pun tak perlu meributkan apa-apa.
hanya tetap ijinkan aku memeluk
kekhawatiranmu sepanjang keyakinanku
padamu. sungguh.
ini catatan alangkah kecil,
datang dari rindu yang besar,
yang pernah dimiliki kamus kecilmu.
apakah kau bisa membaca,
di sela-sela huruf catatan ini
ada aku yang terus menerus bertanya:
siapa kabar rindumu?
kragilan, 2019