Aku terjebak dalam
kepalaku sendiri
tersesat di lorong
ingatan silam,
tiada jendela
‘tuk mengintip
jalan pulang
—ke dalam
ruang pikiranmu
di ujung, aku
bertemu sepasang rindu
yang memalu
saling berkenalan
kubertanya, barangkali
mereka tahu jalan
pulang atau sekadar
meminjamkan kompas
keterasingan kian
menguar, mendera
tubuh, melahirkan
gigil—mereka
diam, buta arah
aku kembali ke
lorong ingatan
tadi—takbisa
pergi; sendiri
iya, sepertinya waktu
tidak bekerja di sini
seperti Ibu lupa beri tahu,
berapa lama aku terlelap
aku sibuk dengan
kepalaku sendiri
asumsi yang jalar
di saraf-saraf; meng-
antar pikiran
rendah, serendah
aku percaya amigdala
yakin memilihmu
[Jakarta, 30 Maret 2018]