Saat matahari tengah dikutuk mulut-mulut di bahu jalan. Aku tukar nasib buruk dengan rimbun pohon ceri, bersamamu.
Ada bangku sepanjang lenganku. Kita duduk; melepas kelu.
Bunganya yang putih dan kecil-kecil berlepasan ke arah kita punya kaki, beberapa terdampar di sela rambutmu yang kusut.
Segera kupilih tiap guguran bunga yang berserak di atas kepalamu; yang tak jarang dapat sekeras batu.
Kau bilang; biarkan bunga itu berserakan sebentar di atas kepalaku, supaya kusut rambutku tampak seperti karangan bunga.
Kubiarkan bunga-bunga itu mendiami kepalamu.
Pandangmu mengarah padaku, kaubikin lesung di salah satu sisi pipimu.
Secantik apa aku di matamu; kau bertanya.
Secantik wanita yang duduk-berteduh di bawah rimbun pohon ceri dengan tebaran bunga-bunga kecil di atas rambutnya dan setitik lesung di salah satu bagian pipinya.
***
Awan perlahan menyelimuti matahari, satu-persatu mulut di bahu jalan terkunci.
Kita beranjak pergi; menuju tempat di mana aku dapat menulismu, lagi.