//1//

Di beranda rumahku
Ada seorang tamu
Dengannya,
Cangkir kopi selalu terisi penuh

Suatu ketika
Ingin kuberi ia coklat panas
Bukannya persediaan kopiku menipis,
Hanya keinginan untuk memberi sedikit manis

Di beranda rumahku
Asap rokok tipis berkelana
Kini aku di dapur
Siap menyeduh coklat panas

Lalu aku ragu
Tersadar,
diri ini masih saja menuruti ego
Dikekang takut yang tak pernah benar-benar berlalu

//2//

Tanya mengisi kepala
Diri ini,
Pantaskah?
Siapkah?
Yakinkah?

Apakah beranda rumahku yang nyaman?
Apa kau sedang berteduh karena hujan tak kunjung reda?
Apakah aku terlihat di matamu?

Jika,
Jika kuizinkan masuk,
Apakah kita akan tetap se-menyenangkan ini?
Apakah kita akan tetap se-nyaman ini?
Apakah rumahku sudah rapi dan bersih?
Apakah rumahku sudah siap ditinggali lagi?
Mampukah aku sekarang menata setiap rasa, asa, dan kata?

//3//

Kini aku di balik pintu
Segelas coklat panas di tanganku
Kau belum beranjak dari tempatmu
Melamun, mungkin kau juga ragu

Di beranda rumahku
Kau duduk tenang di bangku
Entah apa yang mengganggumu,
entah apa aku layak menelisik benakmu?

Aku,
Ragu
Dengan diriku
Juga akan tamuku

Di beranda rumahku
Segelas coklat panas masih dibalik pintu
Dan kau di bangku
Meneguk tetes kopi terakhirmu