Jual Beli Langit
Cerpen
Kutipan Cerpen Jual Beli Langit
Karya fadlilahnida
Baca selengkapnya di Penakota.id
Kemarin, Jumat 30 Maret 2018, aku naik bus Doa Ibu jurusan Tasik dari Bogor. Rencana mau pulang ke Garut, karena lama menunggu Karunia Bakti, akhirnya aku memutuskan memilih Doa Ibu dulu sampai Cileunyi.

Sepanjang perjalanan banyak sekali pedagang. Dari mulai jualan kancing hingga buah-buahan. Meski tidak terlalu sesak penumpang, suasana bus selalu ramai. Orang yang baru pertama kali melakukan perjalanan bus ekonomi dijamin bakal pusing karena suasananya.

Dari sekian banyak pedagang dengan berbagai jurus marketing-nya, hanya satu pedagang yang membuat aku jatuh cinta. Benar, aku jatuh cinta! Bukan karena wajahnya, namun karena karakternya.

Pedagang yang aku cintai adalah pedagang salak. Awalnya aku tidak terlalu peduli ketika ia mendudukkan sekarung salak tepat di dasar bus samping tempat aku duduk. Sampailah pada suatu kalimat jual-beli konsep 'langit'-nya. Begini:

"Silakan, jangan sungkan buat mencoba salaknya. Ini salak pondoh besar-besar. Manis. Jangan karena coba kalian harus membeli, ya. Sok aja coba. Kalau sepet gak usah dibayar. Saya mah ikhlas. Kalau niat mencoba, tolong jangan dibuang. Saya mah enggak rida kalau ada makanan yang dibuang."

Dia menawarkan salak kepadaku, aku menggeleng. Bukan karena aku tidak percaya salaknya manis, tapi karena aku tidak terbiasa makan buah kalau sedang di perjalanan. Ia pun melanjutkan.

"Sok mangga kalau ada yang mau beli. Murah hanya 500 rupiah per buah. Lebih mahal beli rokok. Makan salak mah satu buah juga udah kenyang, ya. Ada manfaatnya."

Ia pun mengulang mantera saktinya, "Saya bersyukur kalau ada yang beli. Da atuh jualan mah biasa ada untung-rugi, rame-sepi. Semuanya udah ada yang mengatur. Rezeki setiap orang mah udah ada jatahnya, saya ini lagi ikhtiar, barangkali ada yang mau beli."

Nah! Kalimat itu yang membuat aku jatuh cinta. Konsep 'ilah' dari sang pedagang sudah dipahaminya. Konsep takdir, ikhtiar, dan tawakkal sudah berhasil memikat beberapa penumpang, termasuk aku. Aku yakin, seorang yang berkata jujur dan dusta karena 'ada maunya' bisa terbaca. Terbaca dari mimik muka atau bisa dari 'klik' tertentu yang membuat kita yakin atau tidak.

Aku jatuh cinta dengan tipe berjualannya. Tipe berjualan konsep langit menurutku. Kurogoh beberapa rupiah, aku pun membeli salaknya meski sedikit. Saat aku pulang ke rumah, usai ucap salam, aku langsung menghambur ke Ibu.

"Buuu... Teteh bawa salak. Coba tebak, kenapa teteh beli salaknya?"

Ibu hanya cengar-cengir, "Kenapa emang?"

"Karena Teteh suka sama penjualnya, hehe..."

Mengalirlah cerita yang sama kepada Ibu dan keluargaku. Ya Allah, semoga Engkau berkahi bapak penjual salak di bus Doa Ibu, mudahkan rezekinya, dan luruskan niatnya. :)
31 Mar 2018 17:07
177
Garut, Jawa Barat
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: