Duhai, sampaikanlah bahwa anak perempuan Ibu dalam keadaan lebih baik.

Di sini ia punya banyak orang yang menyayanginya. Banyak yang mendoakannya.

Sampaikan bahwa Ibu harus tahu, ia sedang berusaha berbahagia atas hidup yang ia jalani. Meski di sini jauh, tanpa peluknya, tanpa elus di kedua pipi untuk hapus tangisnya, ia tetap merasa aman.

Bantu anak perempuannya (juga orang-orang yang menyayanginya) dengan layangan doa yang membumbung ke langit, yang menggetarkan arasy, agar ia bisa kuat meski tak selalu ada di sisi ibunya. Agar ia tangguh meski ombak kehidupan terkadang menggoyangkan bahtera yang ia naiki.

Ibu harus percaya bahwa anak perempuannya tangguh. Rasa cemas, kecemburuan, duka, dan semua kesedihan yang pernah ia rasakan tidak akan ia bunuh. Percayalah, ia akan memaafkan dengan perlahan.

Percayalah bahwa anak perempuannya sedang sungguh-sungguh belajar menempatkan diri di posisi yang tepat. Ia sedang belajar untuk bisa bijak menilai berbagai pahit-manis kehidupan. Suka-dukanya, susah-senangnya, sempit-lapangnya, dan berbagai warna hidup yang lain.

Tuhan ingin meningkatkan derajatnya agar ia bisa meniti level kehidupan satu demi satu titian tangga. Tunggu ia hingga ke puncak nun abadi suatu saat nanti.

Esok lusa mungkin bukan waktu yang tepat agar ia bisa pulang. Sabarlah, ada masanya ia pulang, meski entah kapan.

Dua hal yang perlu Ibu lakukan untuk menantinya. Satu, bersabar. Dua, percaya. Anak perempuannya tidak akan pernah menyia-nyiakan kepercayaan. Tuhan akan selalu menjaganya.