Catatan Ikrari
Cerpen
Kutipan Cerpen Catatan Ikrari
Karya fadlilahnida
Baca selengkapnya di Penakota.id

Saya mencari perempuan yang baik, Nay. Tak sekadar cantik. Selain itu, saya cari pula ia yang nyambung kalau ngobrol sama saya. Hal itu penting, mengingat bahwa teman hidup nanti akan saling membersamai sepanjang hayat. Makanya, saya cari orang yang kecenderungan ributnya minim. Supaya tak banyak konflik.


Nay, saya paham. Kalau kita bersama nanti, bukan berarti tidak akan ada konflik sama sekali. Senyambung-nyambungnya kita, tentu kelak akan menemukan beberapa kerikil. Waktu kamu tanya, "Bang, apa pendapat Abang tentang konflik rumah tangga?" Ya, saya jawab bahwa itu harus dihadapi. Saya yakin kita pasti bakal punya strategi koping. Baik itu yang kita rancang sendiri atau dari pola rumah tangga orang tua kita.


Saya gak pernah menyesal kenal sama kamu, Nay. Mulai bulan Maret, hidup saya berubah. Kita memang sudah kenal tiga tahun lalu. Namun entah mengapa saat saya lebih serius mengenalmu dan keluarga kecilmu, ada hal lain yang berbeda. Keindahan, itulah yang saya temukan dari dirimu. Kamu, adalah perempuan yang amat baik. Kamu, adalah seseorang yang menerima saya tanpa syarat. Bahkan keluargamu, adalah keluarga pertama yang menerima kondisiku apa adanya pasca kecelakaan. Sempat aku berpikir, "Ternyata ada sebagian orang yang luas hatinya. Memandang manusia tak hanya soal rupa saja." Mulai bulan Maret, setiap hari lebih indah dari biasanya. Saya bersemangat untuk lebih sehat. Pikiran saya lebih positif. Saya yakin, langkah akan terasa mudah bila hidup bersamamu, Nay.


Perjalanan perkenalan kita dimudahkan. Hanya dalam waktu sebulan, kita telah menempuh banyak hal. Sempat suatu saat saya bertanya, "Apa memang kamu yang terbaik untuk saya?" Namun nyatanya tak cukup alasan untuk memutus juang. Semua begitu mulus, bagai suatu kendaraan yang melintas di jalan lurus tanpa hambatan. Saya yakin dengan penuh bahwa kamu adalah orangnya. Naya Fatima, seorang perempuan teduh yang telah Allah pilihkan. Bismillah, saya memperjuangkanmu seutuhnya, Nay.


Sampai pada suatu malam, saya begitu resah karena kehadiran seseorang. Dia adalah masa lalu yang timbul tanpa diundang. Kalau soal cinta, saya tak mampu bilang apa-apa. Kamu dan dia sama-sama meneduhkan. Hanya saja, dia datang dengan membawa hal lain. Kami sempat saling mencintai, Nay. Maafkan. Namun lagi-lagi itu masa lalu. Sempat aku menggerutu, "Mengapa dia hadir saat aku sudah bersama Naya." Bunda meminta saya istikharah, agar tak salah arah. Sembari saya meminta yang terbaik kepada Tuhan, saya memilih tak pernah memberi tahu kehadirannya kepadamu, Nay. Biarlah ini menjadi rahasia dan saya sendiri yang menyelesaikannya. Bukan apa-apa, saya hanya tak ingin timbul beragam prasangka di antara kita.


Naya, kamu memang yang terbaik. Jujur, saya kagum dengan segala keindahan yang kamu punya. Dan, pada masa-masa sulit antara memilihmu atau dia, Tuhan hadirkan kegusaran, "Pantaskah orang seperti saya mendampingimu? Apakah saya bisa menjadi seseorang yang terbaik untukmu? Bisakah saya mengimbangi pemikiranmu? Mampukah saya menjadi teman dalam tiap ibadahmu?" Saya mencintaimu, Nay. Amat! Hanya saja perkara jodoh itu mempertimbangkan kufu. Dan, ternyata, setelah saya merenung sekian kali, saya merasa lebih kufu jika bersama dia. Tidak dirimu.


Maaf, kamu terlalu baik, Naya. Saya tahu bahwa keputusan ini akan membuatmu amat kecewa. Saya pun menyesal, mengapa jalan hidup yang seperti ini terjadi pada kita. Hanya saja kamu harus paham, Nay, bahwa ini adalah jalan yang terbaik. Kalau kamu mau membenciku, tidak apa-apa, kamu berhak. Mengakhiri langkah bersamamu bukan berarti saya tak menyayangimu. Justru karena saya merasa bahwa kamu amat berharga hingga jiwa yang kotor ini tak pantas untuk membersamaimu. Naya, kamu berhak mendapatkan pendamping yang lebih baik dari saya, yang salat berjemaah ke masjidnya setiap saat, yang hafalan Al-Qur'annya lebih banyak, yang fisiknya lebih sempurna dan lebih kuat.


Naya, kamu adalah perempuan terbaik yang saya kenal. Izinkan saya mengucapkan terima kasih banyak atas kesempatan mengenalmu dan keluargamu. Maafkan saya karena tak mampu memenuhi janji untuk menjadi teman berjuangmu. Dalam jiwa yang penuh dengan lumur salah ini, saya selalu mengenang dirimu sebagai orang yang baik. Kamu berhak membenci saya, Nay. Tak apa. Hanya saja hati kecilku yakin bahwa perempuan sebaik dirimu tak akan larut pada kebencian yang sangat. Maafkanlah saya setelah riuh batinmu mereda.



Ikrari Khalilullah

27 Apr 2020 20:52
112
Garut, Jawa Barat, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: