dalam diriku ada seekor kucing
berbulu kuning mendekam
kala matahari tergelincir sore.
sepasang matanya memandang
jauh ke depan, ke lapang lengang
yang tenang terbentang.
dari situ, kau bisa melihat
ia sesekali menjilat tubuh
dan telapak daging bulat;
menyentuhkan pucuk hidung
menyusur tanah, kaki meja,
kemudian pada udara
yang menyimpan aroma.
kalau kau datang dengan
plastik kresek dalam genggaman,
ia akan bergerak pelan mencapai
engkau sambil membayangkan
tulang ayam atau amis ikan
dalam bungkusan.
dari matanya bisa kau saksikan
betapa sabar ia menyimpan lapar
yang perlahan membabar perutnya.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
hal yang tak kau mengerti
adalah kenapa ia tak menyukai belaian tangan
manusia pada bulu kuning halusnya
dan lebih memilih untuk berdiam
sembari melempar pandang jauh ke depan,
ke lapang lengang yang tenang terbentang.
seperti menanti yang hendak datang, dari entah.
seseorang yang bukan sembarang. mungkin pemilik
sebenarnya. pemilik sekaligus pemeluk.
ia yang merentangkan sepasang lengan dan
menerjang tiba-tiba sebagai kenangan indah
yang diakhiri dengan kelopak mata basah.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
namun seseorang itu tak pernah datang.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
pelukan itu mungkin tak akan mendarat
dengan sempurna.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
barangkali suatu saat nanti
kau akan mengerti.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
pwt, 2019