Batas
Cerpen
Kutipan Cerpen Batas
Karya ichsannurseha
Baca selengkapnya di Penakota.id


Matahari pagi menyalak dan beberapa ayam kampung berkokok. Jambrong dan Pentung sudah duduk manis bersila dengan sebungkus rokok kretek-tangan dan secangkir kopi pahitnya yang cukup untuk diminum secangkir berdua.



Ketika Pentung menyalakan rokok, Jambrong mulai ikut menyesap kopi. Setelah cangkir diletakkan kembali di tempatnya Jambrong berkata


"Tung, aku ingin bertanya kepadamu.."


Sebelum Jambrong menyelesaikan pernyataannya itu, Pentung memotong berkata



"Baik, Mbroong. Aku akan siap menjawab hehehe.." dengan air muka yang nyeleneh.



"Yeh, aku mau nanya serius ini, Tung.."



"Yasudah, kamu tinggal langsung tanya saja kok ribet betul sih, Mbroong?? Pakai belaga ada mukadimahnya segala hmm.."



"Iya iya, supaya terkesan obrolan kita ini terlihat serius begitu, Tung" Tambah Jambrong menegasi.



"Ayoo sini, mau tanya soal apa kamu kepadaku, Mbrong?? Seputar olahraga? Kabar politik yang sedang hangat, yakni tentang perencanaan pemindahan Ibu Kota? Atau tentang kabar saudara-saudara kita di Papua?? hehehe.." Pentung berlaga menawarkan



"Sebentar...sebentar.."



Ternyata Jambrong mengambil satu batang rokok kretek-tangan terlebih dulu yang kemudian disulutnya. Dibarengi dengan mendengar perkataan Pentung yang menawarkan beberapa topik obrolan yang kian hangat, Jambrong tidak sengaja tesedak saat menghisap tarikan rokoknya tersebut.



"Uhuuuk..wah..bukan hal-hal yang seperti itu yang aku ingin tanyakan ke padamu, Tung. Soal-soal seperti perencanaan Ibu Kota yang akan pindah dan kabar saudara-saudara kita di Papua, aku tidak mungkin akan menanyakannya ke padamu hahahah..." Ledek Jambrong.



"Hm, itu kan hanya dugaanku saja, Mbrong. Soalnya, memang dua hal itu yang kian panas ceritanya di media masa.."



"Yalaaah, kita ngga perlu ikut menyelesaikan permasalah itu, Tung. Karena itu memang bukan wilayah kita, Tung.."



"Bukan wilayah kita gimana, Mbrong? Wah, kamu ini termasuk dalam golongan orang-orang yang apatis yaa? Hahahaha...." Kini giliran Pentung untuk meledek.



"Yeeh, Tung. Perhatikan nih baik-baik ya, ketika kamu mendengar dua contoh persoalan tersebut kemudian kamu lihat dengan kondisimu yang sekarang ini, apa yang pertama kali akan kamu lakukan?? Aku bertanya, apa yang pertama kali kamu lakukan lhoo yaa, bukan yang kamu rasakan. Awas jangan diplentir ..."



"Tetap bekerja dan terus bersikap wajar seperti biasanya, Mbrong.."



"Nah, karena orang seperti kita memang harus sadar betul itu. Bukan berarti orang-orang seperti kita tidak merasa peduli akan hal-hal yang besar dan mengacuhkannya begitu saja.."



"Iya ya, Mbrong. Kerapkali kalau dipikir-pikir orang-orang yang sedang berdemo, berjuang, dan ikut berpartisipasi dalam permasalahan yang demikian, suka menganggap kita orang-orang yang tidak ikut berjuang dan turun ke jalan ini

-- sebagai orang yang apatis, tidak peduli, dan terkesan tidak memerhatikan lingkungan sekitar. Padahal, sebetulnya tidak begitu juga ya, Mbrong??"



"Ya, memang betul itu, Tung. Kita harus tahu batas kita, karena dengan begitu kita tidak mudah untuk terpeleset ketika berdiri, kita tidak mudah goyah saat berjalan, dan kita mampu mengikuti arah tanpa harus tersesat.."



Kemudian mereka berdua tetap menjaga ritme tarikan rokok kretek-tangan dan alunan cangkir kopi yang disesap secara bergantian. Sehingga pertanyaan yang ingin disampaikan Jambrong, seketika lesap begitu saja.




Tangerang, 2 September 2019






02 Sep 2019 14:35
272
Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: