kubawakan setubuh pensil
dari kayu sisa membuat meja dan kursi
di ruang makan tanpa penghuni
yang berantakan sehabis siang berganti
ingin kutulis sebuah tragedi
tentang masa kecil yang jarang kaumiliki
umpatan dan pernyataan yang tak pernah
kaumengerti barang satu kalimat pun
tentang hewan kesukaan bu guru
berkaki empat dan gemar menjulur lidah
bernama anjing, keluar dari bibir manis
ibu yang berhenti memeluk ayah
anak kecil menangis di balik pintu
tak pula mengerti bagaimana
menjadi anak paling tua yang pandai
meredam rasa ingin tahunya
barangkali, bila aku besar nanti,
akan ada puisi yang sanggup mengerti
yang terdiri dari potongan masa lalu
dan berlalu setelah bosan menjadi sembilu
barangkali, aku harus menulis puisi,
dengan apa pun yang tersisa di tubuh ini
agar bila mereka menanyakan apa kabarku
tak lagi kujawab dengan lamunan luka itu.