Pagi dan Kopi
Cerpen
Kutipan Cerpen Pagi dan Kopi
Karya ivanasha
Baca selengkapnya di Penakota.id
Andai pagi adalah ibu, mungkin setiap hari aku dimarahi. Terlalu dini, atau terlalu larut aku bertemu ibu, aku selalu kena marah. Bukan maksudku melupakan cara rebah, memejamkan mata, dan bermimpi—padahal aku paling senang bermimpi. Tetapi melarikan diri dari pikiran-pikiran panjang tidak pernah mudah. Mungkin jika terlalu lelah, aku menyerah. Tetapi lagi-lagi kubuat ibu marah.

Jika segelas kopi adalah ayah, jangan tanya, mungkin ia tak akan rela kukecup saat kumulai hari dengan sepasang mata letih. Kurasa, aku memang belum cukup tua untuk meminum kopi, seperti kata ayah dulu saat aku masih kecil. Tetapi ini usia, milik waktu, dan tak pernah bisa kutakar lajunya. Lalu siapakah yang bisa mengembalikan semangatku jika bukan ayah? Aku ingin selalu menjadi anak kecil agar tak butuh minuman kafein dan tetap dipangku ayah sebelum berangkat sekolah. Aku bahkan masih ingat betapa ringan langkahku menuntut ilmu, setelah kucium tangan ayahku. Semangat macam itu yang kini paling aku rindu.

Tetapi entah, apalah arti andai-andai. Tetap tak kutemukan mereka di pagi dan di segelas kopi. Tanganku mulai dingin karena musim, dan gelas yang kupegang tak hangat lagi. Atau tak pernah cukup hangat bagiku. Aku sungguh tidak tahu.

Apa kabar ayah dan ibu?
22 Dec 2017 20:34
235
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: