Ingin Pulang.
Cerpen
Kutipan Cerpen Ingin Pulang.
Karya kholilbiru
Baca selengkapnya di Penakota.id
Suara roda kereta yang beraturan seakan membuat nada yang membuat gerbong yang sedang aku naiki ini sedikit tersasa nyaman walaupun ini jauh dari manusiawi. Semua orang senyap disini dan saling menghimpitkan badan untuk tetap merasa sedikit hangat. Aku yang di selundupkan oleh tentara Paghoda (Negara Berselimut salju Sepanjang Tahun) setelah aku dan kawan-kawan kalah perang di perbatasan Guardkhol (Sebuah Negara Pengahasil Kupu-kupu bersayap emas) susana dingin dan dibalut salju yang tebal yang masuk melalui pentilasi gerbong kereta, satu gerbong yang menurutku seperti pengangkutan daging ayam di mana jarak tubuh kami hanya satu mili, gerbong yang hanya berukuran 3 meter kali 10 meter ini menampung 50 orang yang saling terhmpit.

Aku memeluk erat kakiku yang terlipat untuk meredam rasa dingin di dalam kereta, ingatan itu tiba-tiba muncul di pandanganku yang terpaku. Episode-episode saat di tengah peperangan, teman-temanku yang gugur di sana meskipun kami baru kenal 2 bulan tapi waktu sesingkat itu cukup membuat aku merasa kehilangan. Yang akhirnya mereka mati bersamaan tertimpa rudal secara bersamaan.

Jalanku panjang dan berliku untuk sampai disini. alhamdulillah aku masih bisa bernafas dan berdzikir, karena hanya hanya itu yang aku bisa nikmati sekarang. Selagi sibuk melantunkan dzikir tiba-tiba aku juga teringat seseorang yang jauh di belahan bumi sana “ibu, apakah kau masih terus menangis dan mengkhawatirkan keberadaan ku sampai saat ini?” tanyaku dalam hati. Meski kami saling tidak mengetahui kabar, tapi aku bisa merasakan rinduku ini terhubung dengannya.

Dzikirku terhenti karena mendengar peluit kereta yang memekkakan telinga. Orang-orang yang ada di dekat pintu di paksa turun meski mereka kesusahan untuk menggerakan badannya karena salju telah membekukan badan mereka. Aku masih punya waktu untuk menggosok-gosok badanku agar bisa bergerak kembali. Semburan salju terus menerus menerpa wajahku yang baru saja keluar dan turun dari gerbong. Tentara Paghoda memaksa kami untuk baris di tengah lapangan Benteng yang tak jauh dari stasiun darurat mereka.

Kami diberi air dan roti beku yang tentu saja cara membagikannya persis seperti petani memberi makan babi ternak. Matidak mau aku harus mendapatkan roti itu dan sedikit air untuk setidaknya ada yang sesuatu makanan yang melewati tenggorokanku untuk aku cerna. Alhamdulillah aku mendapat sedikit tenaga untuk bergerak kembali. Seorang komandan terlihat seperti berpidato atau entah sedang apa dia di atas podium sambil teriak teriak dengan bahasa setempat. Sungguh aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan kalau bukan dari translator yang ada di bawah podium. Kami semua adalah tahanan perang dari berbagai macam negara jadi di sediakan banyak translator di bawah podium. Aku tidak terlalu memerhatikan apa yang si komandan katakan dan translator katakan. Sedari tadi aku hanya melihat langit yang gelap, wajahku seperti dibubuhi salju, titik salju seperti menusuk nusuk kulit wajah. Pandanganku membuahkan satu titik gerbang membuka ingatanku kenapa bisa sampai disini.

~

(bersambung)
22 Dec 2018 22:38
156
Depok, Kota Depok, Jawa Barat
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: