Ayah baru saja sampai, duduk di beranda, mengipas ampas
dari cemas ruang kantor kemudian bercengkerama bersama ibu.
sekotak mungil cincin dikeluarkannya dari saku celana dengan antusias
seperti waktu silam, kala nama kekasihnya itu terlafal fasih di meja penghulu.
sedangkan kakak-beradik sibuk melanglang buana pada layar kotak pencerdas
dan terbius jarum hipodermik milik stasiun televisi negara;
dunia dalam berita hampir saja merampas waktu tayang utama ; layar emas
yang kami nanti sepulang sekolah kelas sore tadi - pukul sembilan ada rambo tiga.
orang tua perempuan datang dari depan
kemudian dengan pelan menunjuk pada pukul sembilan;
hari sudah malam, bintang-bintang mesti beredar mengganti kalian.
maka lekaslah nak dan mimpi indah seperti tembang dongeng sebelum tidur
"mimpikan diri cinta monyetmu . mimpilah bercumbu"