Galaksi itu, Rumahmu?
Cerpen
Kutipan Cerpen Galaksi itu, Rumahmu?
Karya krnnatalia
Baca selengkapnya di Penakota.id
Dari jutaan bintang yang pernah kulihat, tak satupun ada yang memberitahukanku tanda keberadaanmu.
Begitu juga bulan..
Benda raksasa yang bersinar tiap malam itu nampaknya tak menunjukan ada tanda-tanda kehidupan di sana.

Pencarian ini bermula semenjak kau pergi.
Tiba-tiba saja kakimu sudah tak mampu menyentuh tanah,
melayang terangkat oleh angin kala itu.
Sementara aku,
kakiku, masih sangat kuat berpijak.
Sehingga tak mampu terbang menyusulmu.

Kau berkata di saat hari terakhirmu,
katamu,
kau akan pergi ke suatu tempat
yang lebih baik setelah ini.
Aku lalu menyela perkataanmu,
kubilang,
apa ada tempat selain di bumi ini yang lebih baik menurutmu?
Kau jawab iya, lalu kau menyuruhku percaya,
bahwa suatu saat nanti aku juga akan pergi ke tempat itu.
Tapi aku tak mudah percaya pada kenyataannya.

Aku melihat sendiri kau pergi.
Kau terbang sendirian,
tanpa mengajak aku yang kala itu berdiri mematung,
menghadapmu,
yang perlahan-lahan terangkat oleh angin.
~
“Sudah waktunya!”
kau berseru tatkala jiwa di ragamu sudah semakin ringan,
hingga dengan mudahnya bisa naik dan terbang.

Aku diam,
meratapi ragamu yang jatuh ke tanah
sementara jiwa mu pergi meninggalkan ragamu bersamaku.

Aku berfikir bahwa ini adalah pilihan.
Kau pergi, itulah pilihanmu.
Aku bisa saja kan, mengubah pilihan itu pada diriku sendiri?
Maksudnya, aku tidak ingin pergi.
Aku merasa nyaman di dunia yang aku tinggali sekarang.
Meski dengan segala masalah sosial yang kuhadapi, aku tetap akan mencoba menikmatinya.

Aku memang orang yang tidak percaya kehidupan setelah kematian. Tetapi kepergianmu yang begitu tenang itu membuat pemikiranku berubah.

Kau bilang ada tempat di sana?
Tempat yang menjadi tempat tinggalmu sekarang setelah mati?
Aku jadi penasaran.
Kini sudah seberapa jauh kau terbang?
Akankah kau berhenti pada tempat yang kau maksud dan
bertahan di situ untuk waktu yang lama?
~
Jika kau pernah bilang bahwa
ada tempat yang lebih baik daripada Bumi,
maka sangatlah tidak mungkin bila tempat itu adalah Planet.
Benda bundar raksasa itu hampir serupa dengan Bumi.

Bagaimana kalau awan?
Jika iya, aku pasti sudah sering
melihatmu dari bawah sini.

Apakah harus aku menelaah semua isi semesta ini
demi mencarimu?

Demi agar aku bisa tahu
bagaimana kehidupanmu yang selanjutnya?

~

Tiupan angin tipis kala sore itu
membawaku pada sebuah
imajinasi yang tinggi.

Pikiranku mengarah pada sebuah tempat
yang penuh warna,
berkilauan,
dan berkerlap-kerlip.

Sama halnya seperti caramu
memandang kehidupan.

Kehidupan adalah segala sesuatu
yang menghasilkan warna, katamu.
Seringkali kita menghasilkan warna netral,
campuran dari warna-warna netral sehingga membentuk sebuah distorsi,
atau warna-warna ajaib yang
tidak sengaja kita ciptakan sendiri.

Begitulah apa yang pernah kau ucapkan.
Menurutmu kehidupan di bumi tak selamanya jatuh.
Terkadang kita bisa bangkit, berdiri,
mengucap salam kepada dunia,
namun setelah itu kembali jatuh.
Terpuruk dalam hal yang rumit.
Seolah-olah jalan logis pikiran kita
tak mampu menyelesaikannya.

Kau selalu menghargai setiap waktu dalam hidupmu.
Bahkan saat kau hendak mati pun,
kau masih bisa menikmati hidup yang terakhir kali itu.
~
Bumi adalah Rumah bagimu dulu.
Di waktu yang sekarang ini,
kiranya mampukah aku menemukan
tempat lebih baik dari bumi yang kau sebut Rumah?
Pikiranku kembali melayang pada sebuah tempat
yang berkilauan itu.
Sebuah kubangan raksasa,
dengan bintang-bintang kecil di sekitarnya,
sehingga membentuk cahaya yang menyilaukan.
Juga campuran warna-warna jingga serta oranye
yang lama-lama terlihat seperti keemasan.

Apakah itu Rumahmu?
Tempat yang kau jadikan tujuan
untuk berhenti terbang?

Apakah bintang-bintang yang berjumlah ratusan itu adalah jiwa?
Apakah jiwamu ada di dalam sana?


Sebuah tempat di mana seluruh jiwa berkumpul.
Jiwa-jiwa yang percaya kehidupan setelah mati,
dan betapa berartinya hidup bagi mereka yang pernah hidup.
~
Nampaknya benar,
~
di situlah kau tinggal sekarang..
Sebuah tempat yang penuh warna,
dan kau menjelma jadi jiwa yang berkilauan.


Galaksi-lah, kehidupanmu selanjutnya.
10 Nov 2018 13:24
593
Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah
2 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: