Gelap
Cerpen
Kutipan Cerpen Gelap
Karya lacahya
Baca selengkapnya di Penakota.id

Kau terkejut dengan kegelapan yang tiba-tiba menghadang ketika matamu terbuka. Dalam hati kamu mulai berhitung satu-dua-tiga demi menenangkan debar jantung.


Setelah penglihatanmu terbiasa, kau mengenali baris-baris meja dan komputer yang seolah bernyanyi dalam hening. Terlalu hening. Sangat hening sampai kau bisa mendengar suara jatung dan embus napasmu sendiri.


Namun telingamu makin menajam, mengimbangi gelap yang menikam. Kau menoleh, mencari asal suara detik jam yang mengganggu. Samar-samar kau melihat jarum-jarum yang teratur menunjukkan pukul empat.


Sore atau pagi? Pikirmu.


Kau berusaha menajamkan telingamu.


Berhasil.


Di luar sana suara angin menderu kencang. Hujan deras.


Kenapa tadi aku tidak mendengarnya?


Kau coba berdiri dari lantai yang sedikit berdebu. Melangkah menuju pintu yang tertutup rapat. Berjalan keluar. Kosong.


Anehnya, terdengar banyak gumaman tak jelas di sekitar. Kudukmu meremang. Tanpa sadar kau malah mendendangkan lagu Lingsir Wengi seolah ada yang menuntun bibirmu.


Seketika suhu di sekitarmu terasa turun. Dingin.


Suara-suara makin riuh.


Kau melangkah menuju lorong. Dan hawa dingin seolah mengikuti ke mana kamu pergi.


Suara-suara yang makin riuh kini menghimpitmu makin jadi. Lebih riuh ketimbang riuh beberapa waktu sebelumnya. Membuat telingamu berdenging dan kepalamu sakit. Dingin di sekitarmu kian bikin gigil dan riuh suara-suara itu makin berkali lipat.


Tiba-tiba semua yang kosong menampakkan wujudnya samar-samar. Orang berlalu-lalang di sekelilingmu. Tertawa, menjerit, canda-tawa yang bikin jengah. Bikin kepala sakit.


Sekarang kau bisa merasai tetes air yang ditiup angin. Kausentuh pipimu. Basah. Hujan terasa semakin berisik seiring gambar-gambar berkelebatan di depan matamu.


Lalu dari belakang terdengar suara jeritan. Suaranya seolah dekat. Seolah begitu dekat di telinga. Seolah begitu dekat di telinga dan rasanya inderamu satu itu hendak pecah. Suaranya bikin pekak.


Kau menoleh. Fokusmu tertuju pada jari seorang gadis. Matanya membelalak. Mulutnya terbuka mengeluarkan jerit yang menyebalkan. Jarinya menunjuk padamu. Wajahnya… ketakutan? Terkejut?


Kau melihat ke bawah, mencari apa yang salah pada dirimu.


Oh.


Seketika kau sadar dan menyeringai jahil.


Angin yang membawa bulir hujan menampar pipi dan wajahmu yang sedang berlari sembari terbahak gembira ke arah sang gadis berdiri.


Kau merasukinya.


(Oktober 2017)

07 Mar 2018 11:22
220
Jawa Tengah
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: