Pesan Dari Kunang-Kunang
Cerpen
Kutipan Cerpen Pesan Dari Kunang-Kunang
Karya misterkid
Baca selengkapnya di Penakota.id
Kunang-kunang menari diantara gelap malam. Membawa pesan dariku untuk di sampaikan. Kunang-kunang terbang dengan kelap-kelip di perutnya. Membawa cahaya sebagai penerang jalan untuk sampaikan pesan rinduku kepadanya.


Ku sambut malam dengan rindu yang kembali datang. Di bawah bayang-bayang rembulan siluetkan lintas wajahmu dengan senyuman. Dengan sejuta partikel gelap bersanding dengan partikel cahaya yang minor. Di kesunyian jiwa yang begitu dalam hingga mengetuk keinginan untuk segera bertemu. Mendekap hangat hadirmu. Bersanding bersama binar-binar sinar darimu. Lalu ku nikmati malam ini. Ku pijakkan malam rasa nostalgi. Bersama dengan kunang-kunang yang menari. Mungkin itulah cahaya yang dapat aku kirimkan lewatnya, untuk terangi sebelum kamu terlelap nanti, ku kira begitu.


Malam ini, bersama angin yang semilir berhembus, ada rindu yang menyapa. Malam ini, kunang-kunang di pucuk daun melati mengingatkankanku akan dirimu, akan senyummu yang dulu dapat ku nikmati sesuka hati. Tentang gerak-gerik tubuhmu yang sudah ku hapal diluar kepala. Aku merindukanmu. Sudah berapa bulan sejak kita terakhir bertemu?


Mungkin gelisah dan gundah hati telah terangkum dalam rindu. Mungkin diam dan bungkam lisan telah terbalur bersama hasrat ingin kembali bersama rasa syahdu. Aku yang selalu menanti pertemuan itu kembali memberi basuhan atas dahaga rindu lagi. Dimana detik-detik yang telah menjadi kata-kata dalam lembaran-lembaran cerita tentang kita. Meski nyatanya kini jarak memisahkan, namun kita masih dalam satu ruang dan satu waktu. Hanya saja celaga malam berikan ruang yang tersedia dalam mimpi dan juga waktu yang terajut dalam kenangan. Meski semu, namun bersyukurlah kita masih tetap menyatu.


Sayang, kita patut bersyukur kita hidup dijaman dimana kalkulasi s= v x t tak lagi absolut, dimana ekstakta jarak yang merupakan angka pasti sudah diburamkan oleh berbagai penemuan berlabel sosial media, instant mesengger. Dimana sebagaimana fungsi mereka yang seharusnya, ialah demi mengikis sedikit jumlah keping-keping rindu milik kita. Meski tak jarang rindu yang kita miliki justru bertambah. malam ini misalnya, beriringan dengan jemariku yg lincah mengetik pesan untukmu, rinduku pun bertambah.


Masih di sini duduk memandangi beribu cahaya kecil kelap-kelip yang menari. Tersebutlah kembali sebuah memori yang tersimpan rapi dalam ingatan nostalgi. Rindu ini membentang seluas samudera, namun pekat dan hitam dalam langit malam. Hanya ada sebuah spasi dalam batas-batas imaji. Membuatku selalu terhanyut dalam fatamorgana cinta. Aku rindu rindumu. Sambutlah kasih, sambutlah rapalan rindu dalam bilik-bilik gelap. Apakah kamu juga kerap menyambut gelombang rindu ini yang bermagnitude lemah karena tanpa hadirmu terkikis waktu? Jawablah dalam mimpi indah malam ini, kasih.


Raut wajahmu, sayang, senantiasa setia berada di pelupuk mataku. Ia yang bahkan otak kiriku pun tak punya kuasa untuk mengusir biar hanya sedetik. Ia yang kupelihara sebagai pengingat bahwa hati ini telah bertuan. Bahwa rindu ini nyata dan benar adanya. Rindu ini, yang kujadikan selimut pendamping tidurku. Sebab baru bayangmu yang sanggup kurengkuh. Ia yang dalam putus asaku akhirnya kupelihara.


Detik-detik yang telah berlalu mengisyaratkan kembali kenangan yang bernaungan. Kasih, hangatmu masih terasa dalam angan. Meski dingin malam selalu mengganggu frekuensi imaji dalam lamunan. Kasih, cahayamu laksana senja setelah hujan. Meski gelap malam selalu mendekap gelisahku menantimu dalam harapan. Disini, di dalam lamunan ini, bersama kunang-kunang yang masih setia menemani. Aku selalu menantimu dalam rindu yang tak pernah alpa di dalam alam sadar dan alam mimpiku.


Aku merindukanmu, maka malam ini kubuka satu-satu album kenangan yang tersimpan baik-baik dalam memori. Ku cermati satu per satu gambaran kita. Ku telusuri garis senyummu, caramu tertawa, kenangan-kenangan manis ini, seketika menghangatkan sanubari, memaksa bibirku membentuk lengkung senyum. ah, sedang apa nian disana?


Semarak malam dengan bintang bertaburan. Aku tenggelam dalam dekapan cinta dan kerinduan diantara dua jiwa. Mengantarkan kembali gairah asmaraku untuk menjamah ingatan tentang dirimu, tentang kita. Meski hanya terlihat gelap yang mendominasi, meski hanya tanpa suara bermayoritas sunyi. Disini aku masih setia menanti rindu yang terbalas yang terbawa oleh kelap kelip cahaya kunang-kunang. Karena harapku, penantian ini bukan sekedar utopia semata.


Malam ini, tampaknya langit sedang merayakan sesuatu. Sebab bintang-bintang tampak ramai menghiasinya, dengan gemerlip cahaya kecil-kecil yang mengagumkan. Dan bulan pun tersenyum dalam cahaya sabit yang cemerlang. Namun, sayang, asal kau tahu, semua itu membuatku pilu. Sebab rinduku tampak semakin nyata. Sebab segala konstelasi tampak lebih indah dalam pantulan laut matamu.


Sekejap kenangan menyatu bersama gelap malam. Terasa namun tak sanggup untuk tergenggam. Pesona dirimu telah mendekap erat duniaku. Kasih, inikah rasa yang harus aku nikmati sendiri? Disini di sisi belahan bumi aku masih mengenang semua itu dalam tatanan yang konstan. Maka aku hanya mampu sisipkan rasa yang selalu tertuju pada harap sebuah pertemuan. Akankah waktu mempertemukan kita? Jika bayang-bayang malam sulit memberikan jalan yang gelap tanpa cahaya menuju sisimu. Maka yang tersisa hanyalah mimpi, bersama siluetmu, dan meski semu.


Sebab jarak inilah, kita tak kuasa meleyapkan rindu. Maka ku pasrahkan hatiku, ku tata satu persatu bata, ku dirikan ruang dengan dinding-dinding yang kokoh tempat ku menyimpan stok rindu yang tampaknya sudah fasih menggandakan diri setiap harinya. Agar ia tak lapuk terpapar terik. rindu ini, entah bagaimana nanti cara menghabiskannya. Sebab pertemuan sekejab mata tak lagi cukup. Sebab satu rentang pelukan selalu terasa kurang.


Namun pada akhirnya rindu ini hanyalah rindu. Hanya mampu ku tuang dalam celaga-celaga kenangan. Entah sampai kapan rindu ini sanggup tersimpan dalam tabungan nya. Tak cukupkah volume tabungan rindu kita? Hingga kunang-kunang yang sedari tadi menemani mulai pergi menghilang, lalu sekitar kembali gelap tanpa cahaya, sunyi. Tapi aku masih percaya pada mimpi. Meski semu, namun setidaknya masih terasa indah bila kita kembali bertemu, sampai esok kembali, sampai pagi menyambut dan hadirmu bukan sekedar ilusi dan siluet dalam imaji. maka dibawah paparan langit tak berujung, kupanjatkan do'a tentang kunang-kunang, kau, dan rindu kita.
Kunang-kunang menari diantara gelap malam. Membawa pesan dariku untuk di sampaikan. Kunang-kunang terbang dengan kelap-kelip di perutnya. Membawa cahaya sebagai penerang jalan untuk sampaikan pesan rinduku kepadanya.




“Aku Merindukannya, masih tetap begini, masih tetap sama, masih tetap setia, ku kira akan tetap begitu, tolong sampaikan kepadanya ya, kunang-kunang...”



Jakarta, Maret 2018
09 Mar 2018 13:53
223
Jakarta Selatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: