Wanita Tanpa Nama
Cerpen
Kutipan Cerpen Wanita Tanpa Nama
Karya msalshaalf
Baca selengkapnya di Penakota.id

Bandung, hujan rintik menyirami seisi kota. Manusia-manusianya berlalu lalang melewati trotoar jalan dengan tergesa, sebagian memilih berlindung dari efek basah membuat tubuh tak nyaman untuk waktu yang relatif lama. Aku memilih berlindung. Ke khawatiranku pada basah membuatku suka tak suka berlindung disebuah minimarket yang terdapat kursi dan bangku ala kafe. Aku tak membeli apapun dari mini market itu. Aku hanya duduk, menunggu reda dan membaca buku yang baru saja ku beli.


Tak lama langit semakin menunjukan kesedihannya. Hujan deras mulai menimpa kota kembang yang ku rasa hanya ada di Wastukencana saja wanginya. Banyak orang yang melindungi diri ke minimarket yang sedang aku tempati. Aku sedang tenggelam dalam bacaan. Lembar demi lembar kulahap kedalam ruang logika dan imajinasi. Tubuh mungkin terdiam. Namun otak sedang bekerja. Suasana semakin padat dengan manusia-manusia penakut air hujan. Mereka mulai bising mengalahkan suara derasnya hujan hingga akhirnya mereka terdiam seketika kala petir menyabar disusul dengan suara yang menggelegar. Aku tersentak, dan aku tak peduli. Ku lanjutkan bacaanku.


Ditengah bacaan turun setetes air membasahi halaman yang sedang ku baca. Kepalaku seketika melihat ke atas. Apa yang kulihat bukan yang aku pikirkan. Ku kira atap yang sudah tak kuat menahan hantaman air hujan seketika menjadi bocor. Tidak! Tidak sama sekali. Sang atap, ia baik-baik saja. Yang kulihat hanya seorang wanita berkaca mata memegang air mineral dingin. Aku jadi tahu darimana tetesan air mineral itu jatuh ketika wanita ini berkata.


"Aduh sorry ya, ga sengaja ketumpahin." Oh tentu tidak. Kau tidak menumpahi buku ku. Ini hanya setetes tidak sebotol, pikirku.

"Oh engga, engga, engga apa-apa. Santai kok." Betapa gelagapnya mulut ini.


"Kursi sebelah kosongkan? Boleh isi?"


"Boleh-boleh, silahkan." Bajingan! Dia malah ingin duduk disebelahku. Tapi boleh deh.


Setelahnya aku kembali membaca kata-kata yang untuk seorang teman yang tidak suka membaca hanya akan membuat bosan. Untungnya tidak, buku ini tidak membuatku bosan. Selain itu manfaatnya bisa menutupi kesalahtingkahanku. Sedikit, yang lama-lama jadi bukit, kulirikkan mata melihat wanita ini sesekali membenarkan rambut, menyisir, sesekali mengintip buku yang sedangku baca. Nampaknya dia tertarik dengan buku ini.


"Wah, suka baca ya?" Ya, dia akhirnya buka suara.


"Iya, suka, kebetulan ini baru beli di Gramet." Aku mencoba untuk lebih ramah.


"Bukunya apa tuh?"


"Ini? Oh, Hatta."


"Oh gitu, emang kamu tiap jalan suka baca buku ya?"


"Engga juga sih, kebetulan aja baru beli. Mau pulang malah hujan. Daripada bengong mending baca." Luar biasa diriku ini.


"Boleh juga, hm." Apa maksudnya? Aku Cuma bisa diam saja. Dia pun nampaknya tidak menambah pertanyaan lagi.


Ini bukan menjadi waktu yang tenang untukku. Sebagai laki-laki yang baru ditinggal kekasih. Momen ini bisa dijadikan aksi memperlihatkan seberapa pantasnya aku menjadi seorang lelaki. Sekarang aku bertaruh dengan nafsu. Aku kalah.


"Kamu sendiri suka baca?"


"Aku? Ya, ya aku juga suka baca sebenernya"


"Baca apa?" Kalo dipikir lagi malah mirip menginterogasi. Bodohnya aku.


"Aku paling suka sama Harry Potter dan sejenisnya"


"Oh fans JKR nih anaknya" So asik banget si bangsat.


"Ya bisa dibilang gitu, tapi aku paling cinta sama Harry Potter aja sih. Kalo Fantastic Beast, Quidith atau yang lain sebagai pelengkap"


"Em ya, aku juga suka sama Fantastic Beast. Keren tuh"


"Bukunya?"


"Engga, filmnya, aku udah nonton dua-duanya."


"Hahaha, kirain bukunya, hahaha." Dia tertawa, aku kebingungan. Aku pikir aku tidak sedang melucu atau dia meledekku.


Dari situ kami mulai mengobrol panjang lebar soal Harry Potter dan sedikit menyinggung Newt Scamander. Aku kira, aku dan wanita ini hanya akan diam-diam saja hingga salah satu dari kami pergi dan saling terlupakan. Ternyata tidak, aku merasa "nyambung" dengan segala obrolannya. Minimarket ini serasa milik berdua, sambil tertawa kencang pun tidak ada yang menghiraukan kami. Paling satu-dua orang akan melirik kami. Tapi siapa peduli. Pada akhir percakapan wanita ini menyimpulkan dalam perbincangan kali ini bahwa. "Aku ga habis pikir apa yang JK Rowling bayangin soal Harry Potter sampai bisa ditulis sedetail mungkin. Bagus banget pokoknya."


Sedari tadi memang aku mendengarkannya bicara dan merespon pembicaraannya. Tapi ada satu titik yang tak bisa lepas dari penglihatanku. Aku hanya terfokus pada matanya. Matanya yang belo ditambah kaca mata yang melebihi ukuran matanya. Aku pikir itu manis sekali. "Iya bagus banget, indah." Balasku.


Itu tadi penutup keseruan perbincanganku dengan wanita bermata belo. Hujan telah mereda, orang-orang mulai berani menyusuri jalanan kota yang terlanjur sudah macet oleh kendaraan. Wanita bermata belo pun memutuskan kembali melanjutkan perjalanannya yang terjeda oleh hujan. Ia melambai tanda perpisahan dan menghilang di persimpangan jalan. Aku masih duduk, diam, dan mencoba kembali membaca buku yang tadi terhenti. Tapi gagal, keinginanku untuk pulang menjadi besar karena wanita bermata belo menghilang. Aku putuskan aku harus pulang.


Aku menggunakan angkutan umum untuk pulang. Ada sebuah perasaan yang terganjal, namun apa, aku tidak tahu. Aku rasai ada yang telah terlupakan. Angkot terlanjur meluncur dijalanan aspal. Ku cari dompetku, ada disaku jaket. Ku cari buku baruku, sedang ku pegang erat. Ku cari handphone, aku tahu pasti ku tinggalkan dirumah. Aku benar-benar bingung. Ku coba terus mengingat apa yang sudah terlupakan. "Kiri!" Angkot berhenti menyisi. Aku keluar dari angkot yang penuh sesak dan membayar ongkos. Aku masih bingung hingga berjalan sampai depan rumah. Ku buka pagar. Dan ya, aku tahu sekarang. Aku tahu bahwa aku tidak tahu nama wanita bermata belo.



04 Apr 2019 06:07
170
Garut, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: