Berjalan menunduk, Merasakan angin menerpa wajah. Sungguh, Angin ini terasa seperti dulu saat aku menjalankan potongan kisah bersama-mu.

Ingat sekali saat di mana aku tidak peduli pada semua kecuali padamu. Ku pakaikan jaket Levis tebal untuk mu agar tidak kedinginan saat itu. takkan peduli seliweran angin membuat ku kebas. Untuk-ku kamu terpenting.

Gambaran masalalu semakin jelas pada satu tatapan kosong. Tiba-tiba pikirku meminta langkah mengurangi kecepatannya.

Terhenti. Menghela nafas. Hingga sampailah di sini. Tempat dimana aku melihat senyum, tatap, dan tawamu yang membawa sepotong hati.

Meski harus aku tertunduk. Meratap. Hingga tak lagi kuat untuk menopang rindu yang semakin lama menimbulkan banyak tanaya. soalan.. kenapa kau diamkan aku?. Membuat ku tidak mengerti apa yang kamu inginkan.

Benar kata pepatah. "cinta membuat kita lemah, bahkan oleh diamnya" Tanpa suara langkah. Kamu pergi. Diamkan kebingunganku.

Sebentar aku berusaha mengejar kepergian mu, namun si-kaki tak lagi memiliki tenaga saat kau tiba-tiba memilih tidak setia.

Bagaimana mau mendekat. Kamu sedang di genggaman tangan orang lain. Kamu berdalih mencintainya, melepaskan genggamannya saja takkan mampukan.

Kamu terkejut Sama aku pun terkejut.

Terkejut dengan apa yang terjadi.

Maafkan Aku yang tidak peka pada kode diam mu.

Saat kini aku berusaha mengikhlaskan semuanya, saat kau pun mencoba benar benar pergi meninggalkan kisah ini.. Kenapa aku masih menetap. Aku sulit melupakan mu.

Sungguh. Cinta yang begitu indah pada akhirnya kenapa mengusik kenikmatan hidup.