Manggarai: Ceritaku dan Nyonya Diphylea Grayi itu
Cerpen
Kutipan Cerpen Manggarai: Ceritaku dan Nyonya Diphylea Grayi itu
Karya rhsrofiq
Baca selengkapnya di Penakota.id
Manggarai adalah nama salah satu daerah perbatasan antara Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Tempat ini menjadi sangat terkenal ketika setiap harinya ribuan orang memadati tempat yang cukup terkenal sampai sekarang ini. Di Manggarai terdapat stasiun dan terminal yang lumayan besar. Terutama stasiun manggarai. Stasiun ini menjadi transit stasiun yang digunakan dari berbagai arah. Dari Bekasi ke Jakarta Kota, dari Bogor ke Jakarta kota, Depok-Jakarta Kota, dan bahkan dari luar kota sekalipun. Stasiun Manggarai memiliki banyak lajur rel kereta api. Inilah yang membuat stasiun ini menjadi stasiun transitor dari dan ke arah Jakarta.

Kisahku di mulai sejak satu tahun lalu, dengan kejadian yang begitu aneh. Namaku Tobias. Sering dipanggil Tobi. Aku adalah mahasiswa dari salah satu universitas di Jakarta. Aku adalah mahasiswa yang gemar beorganisasi di kampus. Maka dari itu, kisah ini dimulai dari organisasi yang telah aku ikuti. Organisasi tersebut adalah organisasi pemerintahan kampus dan aku berkecimpung di tingkat jurusannya. Belum sampai tingkat yang lebih tinggi. Aku memang orang yang serius dalam melakukan sesuatu. Serius dalam hal ini bukan berarti kaku, pendiam apalagi pemarah. Serius dalam arti tidak ingin organisasi yang aku ikuti tidak bermanfaat. Sehingga setiap detilnya aku dan teman-temanku ubah menjadi bermanfaat dan membekas di hati.

Singkat cerita, aku telah menjadi kakak senior yang mulai belajar menggiring adik-adiknya yang baru masuk kuliah. Tugasku dan kawan-kawan adalah mengarahkan adik-adik agar ketika menjadi mahasiswa, dapat melakukan hal yang lebih bermanfaat untuk orang banyak. Tidak hanya memikirkan diri sendiri. Sebab, mahasiswa zaman sekarang memang terlalu banyak yang individualis. Kadang-kadang ada yang berkelompok dan membentuk lingkaran. Namun, usut boleh usut, ujung-ujungnya untuk partai tujuan akhir mereka. Bagaimana tidak, setiap kader yang telah lulus kuliah atau bahkan masih kuliah pasti dijaring ke salah satu partai. Tapi, mereka yang berkelompok ini masih saja mengelak. Padahal aku pernah loh menjadi anggota di dalamnya. Hal itu dikarenakan aku curiga sekaligus penasaran. Yah, begitulah aku. Tobi. Namun tak apalah, itu jalan hidup mereka. Aku hanya miris saja.

Kembali lagi ke cerita awal, waktu itu di bulan Desember 2014 aku melihat adik-adik aku yang mulai tumbuh menjadi organisator-organisator yang bermanfaat membentuk kepanitiaan baksos. Hal ini dilakukan sebagai penutup akhir rangkaian pelatihan mereka. Jadi, nantinya mereka bisa masuk menjadi anggota dari organisasi pemerintahan kampus tingkat jurusan itu. Meskipun, setelah itu mereka bebas memilih mau masuk atau tidak. Namun setidaknya acara tersebut dapat membentuk tali perekat di antara angkatan mereka dan angkatan di atasnya tentunya.

Di sela-sela acara yang berlangsung cukup membosankan itu, di daerah Klender. Ada yang membuatku tertarik. Ya. Pewara/MC yang membawakan acara di depan panggung. Dia begitu ekspresif dan menggoda imajinasiku. Rasanya aku ingin mengobrol dan bercerita banyak dengannya. Memang, sejak dulu aku mencintai wanita yang seperti itu. Aku ingin mengenalnya lebih dekat, dekat dan dekat lagi. Tanpa ada jarak. Dia begitu memukau dengan suara khasnya yang berat dengan gaya bicaranya yang unik. Menurutku, parasnya cantik. Kulitnya sawo matang. Tubuhnya mungkin agak kurus, tetapi menurutku cukup proporsional. Karena aku tidak terlalu suka dengan wanita yang gemuk. Dan cantik versiku seperti ini. Aku kemudian bertanya pada teman-temanku yang hadir di acara tersebut. Tetapi tidak ada yang benar-benar tahu tentangnya. Yang mereka tahu hanyalah namanya "Diphylea Grayi". Nama yang menurutku jarang. Ya. Itu adalah nama bunga yang transparan bentuknya. Mungkin saja orang tuanya menamai dirinya seperti itu agar kelak nantinya dia tumbuh menjadi gadis yang jujur, bersih dan suci. Aku langsung memikirkan namanya yang indah di setiap saat. Bagiku dia menawan. Oh iya. Dia biasa dipanggil Lea. Hanya sebatas itu yang teman-temanku tahu. Ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup sulit buatku. Huuhh…

Ada satu hal yang aku bisa bilang menyedihkan. Jadi, aku mengirimkan pesan dan chat dengan cepat. Namun, seperti menunggu yang banyak orang menjengkelkan itu. Lea hanya membalas di akhir minggu saat dirinya bebas tugas kuliah. Atau di saat ia memang ingin membalasnya. Paling cepat dia membalas pesanku 1 minggu setelah aku balas pesannya. Padahal, aku tak pernah membalas pesan darinya yang berhari-hari. Bahkan ia pernah sampai dua atau tiga minggu membalas pesanku yang telah aku kirimkan beberapa menit setelah dia mengirimkan pesan sebelumnya. Mungkin aku memang perlu kerja keras untuk bisa dekat dengannya. Agar dia tertarik dan apa-apa yang lain kepadaku. Aku juga sadar diri. KITA BARU KENAL!!!

Bulan Januari berakhir dengan begitu saja. Tak ada hal yang begitu mengesankan buatku. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Mungkin ada satu yakni aku telah mendapat pin BBM Lea dan aku amat berbahagia tentunya. Aku dapat selangkah lebih dekat dengannya. Bukankah ini hal baik?
***
Di bulan ini, bertepatan dengan ulang tahunnya. Tanggal 5 Februari. Aku menghadiahkan sebuah buku. Hadiah ini mungkin tidak ada apa-apanya dan amat tidak berpengaruh bagi dirinya. Aku pun juga tidak memberikan hadiahnya di hari ia ulang tahun. Aku memberikannya seminggu setelah hari ulang tahunnya. Aku juga mengerti, pasti dia memiliki orang yang dekat dengannya. Orang yang lebih peduli ketimbang aku. Siapakah aku? Aku adalah orang baru yang baru saja memasuki dunia baru. Dunia tempat Lea tumbuh dan berkembang. Tempat Lea mengabdikan hidupnya. Alasan lainnya karena aku kurang suka merayakan hari ulang tahun. Itu bukan kebiasaan di keluargaku. Ia memintaku dengan kata-kata yang khas darinya, mungkin dalam bentuk pragmatik atau apalah namanya. “ Tobi, kalau mau kasih hadiah ke Gue, harus langsung ya. Ga boleh dititip. Awas aja.” Begitulah inti dari percakapan kami di media sosial. Aku juga mengerti, bahwa laki-laki yang memulai duluan. Entah apa maksudnya dan apa motifnya. Sampai sekarang aku juga tidak mengerti.

Aku yang mendengar perkataan Lea seperti tersulut api. Aku langsung membungkus sendiri hadiahnya. Meskipun tidak tahu sebenarnya benar atau tidak apa yang aku lakukan ini. Setidaknya aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan penting ini. Hari itu memang begitu indah. Tidak seperti hari-hari sebelumnya dan bulan-bulan sebelumnya. Yang hanya bisa menerka lewat kata dan makna percakapan media sosial. Dan itu pun seminggu sekali. Dan aku harus memulai usahaku mungkin dari sini. Meski tidak tahu apakah Lea menyambutnya sesuai denga apa yang aku maksudkan
.
Beberapa hari berselang, kami berjumpa, meski hanya beberapa menit. Bahkan tak sampai satu menit. Aku ingat janji pada diriku sendiri bahwa aku hanya ingin memberikan hadiahnya. Aku juga tak mau mencari sensasi dengan membuat gosip baru di kalangan teman-teman lain ketika dekat dengannya. Sebab, isu itu akan cepat menyebar jika di jurusanku. Dan alasan terbesarnya pula adalah aku tak mau Lea menjadi jauh dari aku sebab gosip yang nantinya akan berkembang. Ah, yasudahlah. Aku hanya bisa memandangimu dari kejauhan, Lea. Namun aku tetap bahagia.
***
Waktu berganti begitu cepat, sebagian kata telah habis kuungkapkan pada keistirahan malam. Bagaimana doa selalu terselip dan terajut dalam ibadah yang aku namakan bukan lagi ibadah. Ini hanya kenistaan yang membawa-bawa agama yang aku yakini. Sebab tujuan utamaku untuk terus bersama Lea. Untuk mencintai dan memilikinya sepenuhnya. Aku tahu niat aku teramat buruk. Namun tak apalah, yang penting aku telah sadar hampir sepenuhnya.

Kembali pada awal cerita, Stasiun Manggarai adalah jalur kereta api dan Comutter Line untuk transit dan menaikturunkan penumpang. Apalagi di jalur ini terdiri dari banyak rel. Segala aktivitas di daerah Jakarta Timur dan Selatan sedikit banyak bertumpu di stasiun ini. Stasiun yang amat popular di kalangan pengguna kereta. Di dalamnya ada banyak fasilitas, mulai dari indomaret, KFC corner, Musala, Toilet dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengguna kereta dalam menjalani segala aktivitasnya.
“Tobi dimana? Gue udah telat nih. Lama banget sih.” Seperti itulah pesan bbmnya kepadaku. Aku yang tangan kanan memegang stang gas motor dengan cekatannya mengambil HP di sakuku menggunakan tangan kiri. Aku terus melaju dan sesekali membalas pesan dari Lea. Aku tahu itu kebiasaan buruk. Tetapi, seperti hidup ini. Itu semua adalah sebuah pilihan. Dan aku memilih resiko apapun yang akan terjadi. Begitupun saat mencintai Lea. Ahh.. aku telah mengecewakan dirinya hari ini.

Di bulan Mei ini, aku telah menjadi sosok teman yang berusaha selalu ada untuk Lea. Dia menganggapku kakak. Dan aku sama seperti awal. Mengganggapnya orang yang aku cintai. Pada waktu itu, aku memang terlalu percaya diri. Namun, setelah berulang-ulang kali Lea berkata bahwa aku hanyalah temannya. Aku jadi merasa sadar. Bahwa aku memang hanya temannya. Ya. Tidak apa-apa. Lea, kau telah memilih apa yang kau pilih. Dan kau juga harus menerima apa yang seharusnya kau terima di kemudian hari.

Seminggu sudah bulan Mei berjalan, aku masih begitu amat terpukul dengan isi pesan bbmnya atau mungkin WA nya dengan laki-laki yang menjadi tambatan hatinya itu. Ia amat mesra di dalam percakapan. Aku pun mencurigai mereka memang telah lama berhubungan. Ya. Sebelum Lea mengenalku. Tomi, aku tau dari temanku yang kuliah di kampus yang ia kuliahi. Tomi adalah sosok yang agamis , tampan dan organisator ulung. Dia sekarang sedang mencalonkan diri sebagai ketua majelis tertinggi kampusnya. Dari situ aku juga mulai sadar kembali bahwa aku belum sampai seberapa untuk mencintai Lea. Kendatipun cinta ini sudah terlalu dalam. Seperti pisau yang telah tertancap ke rongga dada. Jika kita telah tertusuk, maka saat dipaksa untuk mencabut, akan dirasakan sakit dua kali. Saat ditusuk dan saat dicabut. Begitupun cinta ini yang telah terlalu dalam menancap di hatiku, kalau pun Lea ingin mencabutnya. Aku akan berkata jangan. Aku sudah tak sanggup sakit untuk kedua kalinya. Aku telah merelakan dia untuk memilih apa yang menjadi pilihannya. Aku hanya malu pada diriku sendiri. Aku dibutakan cinta.

Minggu ke dua Mei, aku jemput ia di rumahnya. Yah. Kami begitu dekat namun bersamaan dengan kedekatan itu, kami begitu jauh. Nampaknya masalah kita sudah berangsur-angsur membaik. Kami sudah saling bertegur sapa. Kami saling bertukar pikiran. Kami kembali sama-sama bahagia. Aku tahu kebahagiaanku adalah mencintainya dan kebahagiaannya adalah mencintai Tomi. Kami saling bahagia dan tidak menyalahkan satu sama lain. Kami melewati rel-rel di daerah Bogor sampai Manggarai, dan dari Manggarai ke kampus. Kami suka berbicara tentang hal-hal bodoh. Sedikit sekali tentang hal-hal pintar dan penting. Kami membicarakan kereta dan peraturan yang ada di dalamnya. Aku tahu berbagai hal tentang kereta api lewat dia. Aku rasa ia sudah sangat berpengalaman. Lea begitu banyak pengalamannya denganku. Dalam hal apapun. Aku menjadi iri kepadanya. Dan kurasa ia bahagia dengan apa yang telah ia lakukan selama ini kepadaku.

Saat terbahagiaku adalah saat memandangi senyumnya lewat kaca spion, sebab dia begitu menawan dan menarik. Ia tak punya lesung pipit yang begitu dalam. Tetapi, dia punya sihir sehingga aku selalu terperdaya akan banyak hal yang ia lakukan. Ia begitu bersemangat tentang menceritakan cintanya kepada Tomi. Aku sampai kehabisan kata untuk menanggapi segala ceritanya yang ditujukan untuk Tomi. Sempat suatu ketika di sore hari. Aku sedang tidak membawa motor. Aku diajak olehnya seperti sepasang kekasih pergi ke bioskop, makan di restoran dan bercerita banyak di stasiun kereta. Kereta menjadi hal yang tidak dapat kulupakan. Sebab, melupakan kereta dan segala yang terjadi pada kereta sama halnya dengan melupakan Lea. Meski aku tahu, saat ia semangat bercerita di kereta. Bukanlah menceritakanku. Ia begitu bersemangat ketika bercerita tentang Tomi. Aku pun dengan senang hati mendengarkan dan terus memberi masukan kepadanya. Tetapi, tenang saja. Aku tak pernah memberikan masukan untuk ia menjauh dari Tomi. Kendati pun Tomi telah begitu menyakiti hati Lea. Sebab, cinta yang aku butuhkan bukan yang diselubungi paksaan. Bukan itu.

Sekarang adalah minggu ke tiga Mei. Ceritaku dengan Lea masih tetap sama. Menjadi teman curhat dan segala sesuatu yang tujuan akhirnya harus membahagiakannya. Bagaimanapun caranya. Mungkin cinta kepada orang yang menganggapku sebatas kakak ini adalah pelajaran untukku dalam menjalani rerumitan hidup selanjutnya. Kereta api. Stasiun Manggarai. Adalah saksi yang tak terbantahkan.
Dan akhirnya minggu ke empat Mei. Perjalanan hidup Lea dan Tobi masih terus berjalan dan berlanjut.

“Kusadari aku adalah orang yang tak pernah sadar; dan cara ampuh untuk menyadarkanku adalah dengan tidak menyadari kesadaran itu.”
03 Mar 2018 00:18
244
Dapur Mandiri, Jalan Juragan Sinda IV, Kukusan, Kota Depok, Jawa Barat
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: