Suri Ramo Ram Ram de
Cerpen
Kutipan Cerpen Suri Ramo Ram Ram de
Karya rhsrofiq
Baca selengkapnya di Penakota.id
Di tanah Minangkabau, lebih tepatnya sekitar Terusan Kamang. Ada sebuah bukit kecil yang membentang dari utara hingga selatan. Menghalangi daerah Terusan Kamang dengan daerah Bukittinggi. Disana banyak terdapat hamparan sawah yang luas, peternakan dan banyak sekali tambak ikan di sekitar danau buatan itu. Desa dan dusunnya berada di atas air terusan itu. Indahnya pemandangan dengan udara pegunungan yang sejuk. Perjalananku amat lengkap saat aku duduk di sisi danau buatan itu. Hamparan rumput yang nyaman untukku berbaring dan merebah. Dari situ aku Rahman, memulai cerita yang tak bisa aku lupakan.

“Rahman, Anakku… Jangan main jauh-jauh ya. Tetap dekat dengan ibu.” Kata ibu dengan suara khasnya yang lembut. Dan aku pun tidak pernah membantah perkataan ibu.

“Iya, bu. Rahman ingin berbaring di atas rumput itu. Sepertinya nyaman bu.” Kataku sambil bermain dengan bola yang aku pegang.

“Yasudah, kamu di situ saja ya. Ibu mau membeli oleh-oleh. Jangan kemana-mana ya!” Kata ibu dengan tegasnya.

Aku adalah anak berumur 7 tahun. Yang kebiasaannya memandangi senja di ufuk barat. Menyelami indahnya dari beberapa sudut kota. Aku tidak sama dengan anak seumuranku yang biasanya tenggelam dengan gadgetnya yang terbaru. Aku hanya anak umur 7 tahun yang selalu menginginkan keindahan hidup pada masaku. Pesona alam. Aku tahu ini tidak seperti realita kebanyakan anak di negeriku. Namun, apakah aku salah untuk mencoba yang berbeda?

Beberapa menit aku memandangi senja dan kemudian aku menutup mata sejenak untuk lebih merasakan sejuknya tempat ini.

“Jeng… Jengggg…. Suri Ramo.. Suri Ramo…” Suaranya kecil dan makin lama semakin kencang.

“Suri Ramooo… Suri Ramooo… Ram raaaam deee…. Jeng!! Jengg!” suara makin keras dan membangunkanku. Dan akhirnya aku membuka mataku. Ternyata saat aku lihat tidak ada apa-apa. Lalu aku menutup mataku kembali. Dan kejadian itu terulang lagi. Berulang kali.

“Pengumuman! Pengumuman! Raja Na Banyo akan segera datang… Seluruh rakyat kerajaan Kamang diharapkan berkumpul. Baginda ingin membacakan titahnya.” Suara yang amat kencang dan membuatku terbangun dan lari bersembunyi di semak dekat Danau itu.

“Saudara-saudara! Baginda kita, Tuan Datuk Na Banyo ingin membacakan titahnya. Seperti yang kita tahu, titah raja adalah segala daya yang nomor satu yang kita punya. Sebab, raja adalah pemimpin kita di dunia ini. Maka dari itu, sebagai rakyat yang patut terhadap pemimpinnya kita seharusnya mendengarkan dengan khidmat titah yang akan dibacakan beliau.” Suara dari menteri seperti menggelorakan semangat rakyat yang berkumpul di atas perahu di Danau buatan tersebut.

“Suri Ramooo… Suri Ramooo… Ram raaaam deee!!! Hidup Baginda Rajaaa!” Salah seorang berteriak. Kemudian yang lainnya juga menanggapi.”Hiduuup, Bagindaaa!!!” Sorak sorai rakyat kerajaan tersebut.

Kemudian, Raja naik ke atas mimbarnya yang didampingi oleh menteri dan bangsawan yang ada di kanan-kirinya. Dengan langkah khas pemimpin tertinggi, ia menyapa keseluruhan pendampingnya tersebut dan memberikan salam kepada pejabat dan bangsawan tersebut. Lalu setelah itu, Sang Raja memulai pembacaan Titahnya.

“Suri Ramoo Ram ram de! Salam selamat untuk seluruh negeri yang mashyur dan amat kucintai. Seperti indahnya ciptaan Tuhan yakni alam dan seluruh isinya. Kita teramat beruntung bisa mencicipinya. Menjadikan kekayaan alam ini anugerah bagi manusia yang menikmatinya juga merusaknya. Untuk itu, saya Raja Na Banyo dari kerajaan Kamang, ingin membuat titah kepada kita semua tak terkecuali saya sendiri. Titah saya berisi peraturan tentang menjaga kebersihan lingkungan sekitar danau. Dan selalu merawat kelestariannya hingga nanti anak cucu kita besar dan memiliki turunan selanjutnya dapat menikmati danau ini terus. Terusan Kamang. Jika ada yang melanggar dan mengotori sekitar danau ini, maka sebagai hukuman yang berat. Yakni mereka akan menerima kutukan dari Rakyat dan Danau ini.” Suara Raja yang begitu meyakinkan dan membuat rakyatnya tenang telah selesai. Dan titah pun sudah dibuat. Tidak ada lagi yang bisa melanggarnya. Karena titah Raja adalah Mutlak.

Setelah titah raja, kehidupan rakyat semuanya berlangsung normal dan tidak terganggu sama sekali. Semua rakyat memahami dengan sepaham-pahamnya dan tidak ada yang melanggar titah Raja. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Aku pun seperti bingung sendiri harus melakukan apa. Setiap harinya aku memandangi senja. Dan aku melakukan aktivitasku bersama Ibu dan anak-anak yang sudah terpengaruh oleh demam Gadget. Mereka sudah tidak mau peduli dengan alamnya. Mereka mematuhi titah Raja karena memang mereka takut dan tak mau dihukum. Padahal aku tahu, di dalam hatinya tidak ada yang mereka dapat. Menjaga kelestarian alam dan mengkhidmati keindahannya tidak sama sekali mereka rasakan di dalam hati.

***

Setahun berlalu sejak titah Raja Na Banyo, keadaan masih sama seperti saat dibacakan Titah. Semua masih berjalan sesuai fungsi dan keberadaannya. Namun, saat datang sekelompok orang yang menamakan dirinya “No Jungle True” tidak ada yang bisa dilakukan sang Raja. Kelompok ini adalah utusan dari Raja Negeri (Rajanya para raja) yang memiliki misi tertentu. Misi dari Raja Negeri ternyata ingin membumi hanguskan hutan dan danau buatan kerajaan Kamang. Ia ingin membuat rumah makan dan gedung-gedung tinggi. Karena tempatnya yang strategis dengan daerah Bukittinggi.

Karena mereka utusan dari pemimpin tertinggi, maka kelompok ini dengan enaknya merusak dan membuang sampah sembarangan di danau. Mereka melakukannya hingga berbulan-bulan. Apa hendak dikata, Raja sudah sering membuat surat kepada Raja Negeri namun tidak dibalas apalagi dibaca. Raja Na Banyo bingung dan memutar akalnya. Namun, tidak ada pikiran di otaknya. Sampai akhirnya sampah telah menumpuk dan sudah tidak enak dipandang mata. Hutan-hutan dirusak diubah menjadi pemukiman yang tidak kunjung jadi. Keadaan amat mengkhawatirkan.

Aku dan Ibu dalam keadaan bingung dengan keadaan kerajaan ini. Mulai mencoba memikirkan sesuatu. Sebab, sudah buntu mungkin para pejabat dan bangsawan. Karena keputusannya sudah disumbat dengan pemimpin tertingginya tersebut. Mereka hanya wajib mematuhi peraturannya. Tidak ada yang boleh melanggarnya.

Akhirnya aku dan ibu membuat pertemuan dengan raja tanpa sepengetahuan kelompok itu. Dan kami sepakat untuk mencoba usaha ini. Raja membuat parade penghormatan terhadap leluhur danau buatan ini. Sebab, danau ini terbentuk tidak serta merta dibuat oleh tangan manusia tetapi oleh tangan leluhur. Kami mempunyai siasat untuk membuat replica ikan besar yang muncul dari dalam danau. Sehingga saat kelompok itu mengikuti parade mereka akan takut dan lari dari kerajaan kami. Karena keangkerannya.

Tak sampai satu minggu, untaian dan jahitan kain yang menyerupai ikan besar itu pun selesai dibuat, tanpa sepengetahuan kelompok tersebut. Nampaknya kita telah berhasil mengecohnya. Mereka dibuat lari tnggang langgan saat melihat ikan raksasa muncul dari bawah danau dan hendak memakannya. Kelompok tersebut lari tunggang langgang. Dan kami seluruh rakyat bersorak sorai atas kemenangan kami mengusir penjajah suruhan Raja Negeri. Dan setelah itu tidak ada yang mengganggu kami hingga pergantian raja ke raja baru. Mungkin Raja Negeri juga tidak berani mengganggu leluhur kami yang senantiasa berseru untuk menjaga dan merawat kelestarian daerah kerajaan kami. Semua rakyat dipimpin Raja Na Banyo selalu bersorak sorai “Suri Ramo Ram Ram De!!! Suri Ramo Ram Ram De!!!” Dan dengan semangatnya menggelorakan kemajuan kerajaan selanjutnya. Rakyat pun teriak.

“Hidup Kerajaan Kamang! Hidup Raja Na Banyo! Suri Ramo Ram Ram De!!!” suara itu langsung memekakan telingaku kembali. Lama-lama suara itu perlahan pergi. Dan tidak kedengaran lagi.
Tibalah suara Adzan Maghrib, yang mengartikan senja telah berakhir. Aku membuka mata dan melihat sekelilingku. Ada suara angina yang menderu memasuki setiap tubuhku. Dan tidak lama kemudian suara Ibu memanggil.

“Maaf ya Nak, menunggu lama. Ibu baru selesai belanja. Tadi bertemu tetua adat desa ini. Ia menceritakan banyak sejarah dan Mitos dari Terusan Kamang ini. Dan ibu mencoba menyimaknya.” Kata ibu seraya membuat perbincangan kita menarik.

“Iya, Bu. Tidak apa-apa. Rahman, juga mimpi tentang Terusan Kamang. Sungguh menakjubkan mimpinya, Bu!!” Kataku begitu bersemangat sambil digandeng oleh ibu menuju mobil ayah. Beberapa waktu tadi ia memancing di danau itu. Dan rupanya dia sudah selesai. Dan mendapat lumayan banyak ikan.

Memang, kesadaran itu dapat disampaikan melalui media atau sarana apapun. Dalam bentuk nyata maupun tidak nyata. Namun, dalam hal ini aku telah mendapatkan pengalaman yang tidak pernah dilupakan dalam hidup. Beserta mimpi yang tidak aku sangka.

Suri Ramo Ram Ram de!!!
03 Mar 2018 00:37
203
Dapur Mandiri, Jalan Juragan Sinda IV, Kukusan, Kota Depok, Jawa Barat
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: