Bulan tiga yang tiba-tiba.

Bagaimana? Apa kau masih baik-baik saja? Seperti terakhir kali kita jumpa?

Hei, tiga puluh satu hari itu waktu yang amat panjang untuk kita berproses. Aku tahu, kau berjuang banyak dibulan ketiga ini. Kau, aku, bahkan kita sama-sama merelakan sesuatu. Tepat kita sepakati sebulan lalu. Kau ingat? Kita sama-sama sepakat untuk tidak bertemu. Kita menciptakan jarak, dan memprioritaskan sesuatu yang baru. Dipikir-pikir, kau hebat juga ya. Menciptakan langkah yang berani, demi sesuatu yang bernama mimpi. Kita mengurangi hal-hal yang tidak perlu, seperti mengirim pesan yang penuh basa basi. Tapi kita tetap saling menyemangati. Lagi-lagi, ini langkah yang berat untuk mengurangi kebiasaan yang kita ciptakan sendiri. 

Waktu itu, kita menghitung mundur waktu. Satu persatu hari kita habisi berdua. Bahasa lainnya, kita cukup berhasil melakukan salam perpisahan. Sebelum akhirnya masing-masing berjuang. Hebat, ya? Sehari, seminggu setelahnya, pilihan kita masih aman-aman saja. Semuanya berjalan baik sesuai rencana, bukan? Seperti yang kita kira, yang kita terka. 

Tapi pertengahan bulan menghantam kita begitu kuat. Kita, dan konstelasi kehidupan yang lebih besar. Semuanya terjadi diluar dugaan dan tentu saja, berantakan. Hari itu rasa kecewa berhasil merajalela. Kehilangan yang sebelumnya jadi tantangan. Akhirnya runtuh dengan segala persiapan. Hari itu dan seterusnya tidaklah mudah. Tapi aku bersyukur, kau masih berdiri tegak dan tidak berhenti. Satu-satunya kata yang mewakili dirimu adalah, berani menghadapi. Aku dan seluruh semesta turut berbahagia melihatmu terus berproses.

Terima kasih, ya. Tetap seperti ini dan lebih baik lagi. Sampai bersua dibulan berikutnya. 

ofcourse,

ur Cherie.