Amer
Cerpen
Kutipan Cerpen Amer
Karya shintatiara
Baca selengkapnya di Penakota.id
Duniaku tidak lebih dari kamar berukuran tiga kali tiga. Sepulang bekerja aku akan langsung masuk kamar. Menyembunyikan diri dalam selimut dan hanya menyingkapnya sebatas dada.
~
Televisi adalah satu-satunya sumber cahaya. Lampu kamar jarang menyala sebab aku percaya bahwa gelap pasti menyembunyikan banyak warna. Padahal, justru kosong dan sepi yang kerap terlihat.
~
Kota Malang sudah dingin. Ditambah hujan sedang rajin-rajinnya berkunjung tiap sore. Ia seperti tamu dari jauh yang kehadirannya ditunggu-tunggu tapi ketika akhirnya datang seringkali justru merepotkan. Seperti kamu.
~
Ah, aku hanya ingin terlelap. Tanpa cemas.
Tapi suara ketukan pintu membuatku terpaksa harus beranjak keluar.
~
~
"Kamu ke sini mau apa? Aku tidak punya bir." kataku setelah melihat siapa yang berdiri di balik pintu.
~
"Aku hanya ingin bertamu. Juga bertemu."
~
"Jika tidak ada hal penting, kamu boleh pulang sekarang."
~
"Ini tentang perpisahan kita."
~
"Aku benci perpisahan yang direncanakan. Pulanglah, Ram."
~
Lelaki di depanku terlihat kesusahan menyeimbangkan tubuhnya. Tangannya berpegang di daun pintu kamar kos milikku.
~
"Kamu tidak rindu aku?" tanyanya kemudian.
~
Aku tersenyum kecut sambil mengangkat satu alis. Sekarang, aku bisa berpikir logis dan menjelaskan secara logis pula mengenai perasaanku padamu, Ram.
~
Kenapa dulu tidak ada yang bisa diajak ngobrol deep topic selain kamu. Kenapa dulu aku merasa kamu satu-satunya orang yang bisa menaklukan kerumitanku. Kenapa dulu aku jatuh hati padamu dan akhirnya meninggalkanmu.
~
Aku menemukan banyak penjelasan dan hei tidak ada satupun yang ada hubungannya sama kamu. Ironis bukan?
~
Tapi percaya saja, aku justru lebih bisa berdamai dengan diriku sendiri setelahnya.
Melihatmu yang berdiri sempoyongan seperti ini membuatku makin yakin: kamu partner mencari jati diri yang indah, sekaligus buang-buang waktu.
~
Mungkin kamu juga merasakan hal yang sama.
~
"Perpisahan nggak perlu dibicarakan, Ram."
~
"Kamu benar-benar nggak mau ijinin aku masuk dulu? di luar dingin."
~
"Aku cuma punya kopi, bukan bir atau pun anggur merah kesukaanmu."
~
"Tidak masalah."
~
"Aku cuma bisa membuatmu terjaga semalaman. Tidak bisa memabukkanmu, membuatmu tergila-gila, seperti perempuan itu."
~
"An, tolong..." desisnya lirih.
Kedua mata milik Ram mulai memerah. Entah karena menahan tangis, entah karena makin mabuk.
~
Aku memilih diam. Aku bisa memperbaiki keadaan ini. Aku bisa kembali tegas pada keputusan-keputusanku. Tapi tidak saat ia berbisik lembut ditelingaku,
"Aku masih mencintaimu."
12 Dec 2018 20:37
172
Malang, Jawa Timur
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: