Suara datang dari mana ini?
Sayup-sayup datangnya membisikkan rahasia ke dalam hati,
menuangkan kata dan kalimat ke dalam kepala
Siapa di sana, yang bersembunyi di balik udara?
Yang mengendap perlahan, menelusup ke dalam belantara pertapaan
Siapa namanya, yang menyorong mata angin ke dalam dadaku?
Seperti apa wujudnya?
Di manakah tinggalnya?
Apakah di balik kegelapan ada ruang? Sebagaimana cahaya yang memantul-mantulkan kelapangan
Kupandang langit tak ada batasnya
Batasnya adalah keterbatasanku
Maka menjadi seperti inikah rasanya?
Segala sesuatu yang tidak kupahami menjadi kenikmatan, sebab manusia adalah juga kenikmatan
yang sampai kapanpun tak pernah mampu dijelaskan oleh akal pikirannya sendiri
Rohku menapaki garis horizon, panjang membentang sampai entah ke mana
Nyawaku bergelantungan pada ranting-ranting langit
Jiwaku menguap jadi bulir-bulir kosong yang mengisi ruang di tiap tatanan galaksi
Sudah kurajang tubuhku jadi yang Kau mau
Tetapi tak kunjung bisa kujamah sumber suara agung itu
Apakah mungkin, sesuatu berasal dari ketiadaan?
Tetapi bukankah ketiadaan sangat bisa dirasakan sebagai sesuatu yang ada?
Pamulang, Juni 2019.