pernah sore lalu kau katakan, langit yang hangus
di luar narasi. sesajian cakrawala
alangkah redam. ada yang akan menyuling gulir arang
pada jasad pengarang yang mengabu. dibaca wajah tanah.
tanah yang tak akan mempan mendengar ocehan recehmu
tentang kota yang dibunuh belasan sajak-sajak negarawan.
karena penyair tiada lagi, karena penyair diculik tajuk politik.
hanya sore yang abai. hanya langit hangus terbengkalai. sesajian cakrawala
memadamkan ingatanku. sepi merajam aspal. aspal lebih memilih menerima jasad
pengarang yang mengabu, berdekap maut yang tiba-tiba menggotong
ke arah rahasia, arah yang tak dapat kita baca, arah yang tak mampu kita raba
dengan kata-kata, karena pengarang mati dalam buai angan, angan menepi ke dalam tubuh sejuta sepi. hanya sepi.
Surabaya, Februari 2019