asing kalimat merajam perumpamaan dari mulut seekor ikan, mencari ciuman arus yang sesekali selinap di antara bebatuan seraya menyerap demam embun, berkalang kangen, tahun-tahun tercatat silsilah muasal, muara liuk air mata
sudah kemana kau hari ini? ada esok yang terus mengecambah, serupa bisik ajal, sesekali menyeduh cemas dan putus asa di wajahmu, menyergap bayangan kemarin yang sibuk mengira-ngira
seorang penyair datang. mengantar kliping koran. kata-kata di dalamnya teriak! ini bukan permulaan demontrasi, hanya sebuah pagi yang tertunda
katakan pulang pada esok. biarkan esok menjadi serpih kerikil mencari jalan tualang yang baru. jangan sentuh pintu semula. sebab yang bermula
tak akan selalu mengulang. lembar pagi, noktah sunyi, seperti usia dicengkram aroma mati. segala yang kau sebut kelak akan terhenyak
tiada sesal berbilang, esok telah menjadi sesuatu yang lain. di lidahmu, penyair menitipkan moncong sajaknya yang ganas, penuh aum dan terkam!
banjarbaru, juli 2019