kutuk itu sampai, tuhan. cemas merambat di antara apel-apel tergeletak pasi. pucat bagai mayat. ada kehilangan yang terus merawat musim
di balik riwayat air mata, hari mengulang batas rindu, seonggok kata bangkit dari nawaitu, merayu jalan temu. hati pecah ke arah lengang
sejurus waktu mendengar degup yang terburu, tersekat jalan panjang menangkap ucap. terakhir datang bertamu sekadar mengantar pesan asal
dari mereka yang tak memberimu apa-apa selain keputusasaan, membolak-balik wajah yang semula berkaca pada cermin separuh retak, menyimpan bayang-bayang silam penyair kondang, gugur sebelum kutuk terdengar, sebelum murka sampai
banjarbaru, juli 2019