masih kau hitung sisa mimpi yang mengabur antara batas doa dan jeda pejalan yang gempar menemukan tuhan
ada bayang bergerak mencari subuh yang seumur puisi belum dimatangkan, hikayatnya adalah mata silam yang jauh menafsir
igau kekasih merindu dekapan, jendela membiak mata angin
sebelum kau curi sepotong malam yang lain
kepada subuh yang perlahan terbit dari matamu
menangkap riuh azan
dinihari yang beranjak
dari bayang pulang
masih kau catat jejak pendek selembar surat yang terbakar kemarau, meranggas kata
tak ingin pulih, telanjur dendam pada riwayat dalih yang kau sebut rekah cuaca
jalan angin menikam pagi, kecup bunga memberi ingat sekilas atas jeda:
matamu belum terbunuh
jam dinihari
yang merujuk jejak kata
kata-kata, hidup arwah penyair yang menggelandang
mencari tafsir yang dicuri
: subuh, kehilangan tubuh
gempar tak menemukan apa-apa
hanya bayang tuhan
yang meninggi
dalam cemas doa
banjarbaru, agustus 2019