MAKARMA DAN SUARA-SUARA YANG BERSEMBUNYI DI KEPALANYA
Cerpen
Kutipan Cerpen MAKARMA DAN SUARA-SUARA YANG BERSEMBUNYI DI KEPALANYA
Karya tepianwarna
Baca selengkapnya di Penakota.id

Mengarsir Kisah Kasih Volume 2

TAHULAH ia bahwa tak ada seorang pun jua di Ibukota yang percaya akan kisahnya. kisah yang sering ia ceritakan dan bawa saban kali bertamu ke rumah orang untuk sekadar meminta makanan atau sedikit uang, kisah yang konon katanya bermuara dari suara-suara yang kerap didengarnya setiap dinihari. suara-suara itu terus menodongnya untuk menjadi seorang pencerita ulung di banyak tempat dan acara, hingga ia akhirnya menjadi seorang yang kurang waras dan tampak terganggu akalnya, karena suara-suara yang terus mengganggunya waktu ke waktu, silih berganti berdatangan, menagihnya untuk bercerita tentang apa pun yang pernah ia dengar dan ia ketahui sejak dilahirkan sebagai seorang lelaki dengan cap pengangguran yang melekat pada dirinya.


 


***


Takkan ada yang mempercayaimu, Makarma. kisahmu terlalu mengada-ngada. lagipula siapa yang akan mau mendengarmu berkisah tentang seorang pertapa yang menitipkan kesaktian pada kakek buyutmu di masa silam, menanggung kutuk dewa-dewa di langit ketujuh, karena ia melawan kehendak sasmita dengan tiang-tiang cahaya tegak mematung. kutuk itu berupa tubuhnya yang mampu berubah menjadi kabut jika sewaktu-waktu ada orang yang ingin menyerangnya, entah itu disebabkan karena ia melakukan suatu tindakan yang membuat banyak orang marah, atau hanya sekadar iseng ingin menampakkan kesaktiannya kepada orang lain yang berada di sekitar lingkungan tempat ia tinggal dan mengasah dirinya sebagai pewaris tunggal ilmu-ilmu linuwih sang pertapa. tentang bakatnya yang mampu mengubah diri menjadi kabut--sudah barang tentu bukan rahasia umum lagi di dalam silsilah keluarga. bakat itu sebagai kutuk yang juga harus kutanggung, katamu, di sebuah caffe yang megah berdiri antara kejumawaan kota dan kebisingan mulut para pekerja yang tengah dimabuk agenda bepergian. jika memang benar adanya, Makarma, maka ubahlah dirimu menjadi kabut, sekarang! jangan buang waktu lagi. aku harus bergegas menemui klien-klienku yang sedang membutuhkan jasa.


 


Tidak di sini, aku akan menunjukkannya padamu, tapi bukan hari ini. datanglah ke menara di pinggir kota, di sanalah aku akan menunjukkannya padamu. apa pun yang terjadi nantinya, jangan kau merasa takut dan cemas karena hal itu. yakinlah bahwa itu tetap aku--dan bukan kabut semata.


 


***


Hari yang dijanjikan Makarma datang juga. aku datang sendiri ke menara yang pernah dikatakannya tempo hari tanpa dikawal siapa pun yang pernah kukenal di kantor sebagai security, bodyguard, atau apalah itu namanya. tujuanku untuk kembali menemui Makarma hanya satu, melihat kemampuannya mengubah diri menjadi kabut, bakat turun-temurun yang dicawiskan kakek buyutnya kepada semua anggota keluarga. ternyata Makarma sudah lebih dulu tiba di menara itu--dengan memakai topi pet dan membawa sebuah potongan bambu kuning di tangan kirinya. menurut kisah yang dituturkannya, bambu kuning itu untuk menangkal kedatangan ihwal gaib lainnya yang berusaha mengambil alih raga Makarma jika dirinya tengah berubah menjadi kabut--maka dari itu kau harus terus memegangnya selama aku membaca mantra untuk mengubah diri seutuhnya. aku hanya mengiyakan, tanpa sepenuhnya yakin dan percaya dengan apa yang ia katakan. aku malah yakin bahwa Makarma tengah bercerita, sekadar membual kepadaku yang notabene lulusan sekolah akademik. sedangkan Makarma, lelaki itu, ia hanya seorang yang kerap menggelandang dari jalan ke jalan, memungut malam sebagai karib bersenda-gurau, memungut banyak makian dan ceracau orang-orang yang meludahinya dengan serapah sekaligus amarah tak sudah-sudah.


 


Jika kau sudah merasa siap, katakan--maka aku akan mulai membaca mantra. tapi ingat, jangan merasa takut apalagi berlari dari kabut itu(jelmaan diriku nantinya) dan jangan pernah berteriak. atau suara-suara yang selama ini berdengung di kepalaku akan menular kepadamu juga--hal ini mungkin belum pernah kukatakan padamu sebelumnya, tapi percayalah satu hal, sepintar apa pun aku membual kepada orang-orang selain kau, kisah inilah yang paling nyata dan layak disuka. karena memang kutuk dewa-dewa itu sebuah bakat yang harus ditanggung hingga dunia ini terkena dampak huru-hara kiamat, hingga kau tak akan lagi bisa melihatku, setidaknya yakinilah satu hal: bahwa aku, Makarma Sutarka, akan selalu dilahirkan sebagai pencerita ulung, tak peduli apa pun situasinya, aku akan selalu bercerita kepada mereka, dibimbing suara-suara yang terus berdengung dari kepala--memintaku untuk mengisahkan perihal kegaiban masa lalu, juga yang akan datang, yang tak pernah kau tahu apa yang akan terjadi.


 


Aku berhutang pada kisah-kisahmu, Makarma, biarlah anak-cucuku saja yang akan mendengarnya, sebagai pengantar ninabobo bagi mereka yang tak tahu apa-apa perihal kau, kita, dan pertemuan hari ini. aku akan berusaha memantapkan diri bahwa apa yang akan kulihat ini nantinya adalah nyata dan bukan rekaan kisah fiksi.


 


Mulut Makarma berkomat-kamit membaca mantra. tiba-tiba segalanya suwung. kedua orang yang tengah bertemu itu berpindah tempat ke dalam relung kehampaan. "di sinilah mula segala suara, suara yang terus memintaku untuk bercerita kepada orang-orang yang malah menganggapku sebagai bagian dari kegilaan para anjing yang terus memperanakkan kebohongan-kebohongan. padahal nyatanya aku ini manusia biasa, sama seperti mereka-mereka yang bekerja dari pagi, lalu pulang petang hari."


 


"di alam raya ini, kawan, takkan ada seorang pun yang mampu mempercayaimu selain kesunyian yang terus mengirimu pertanyaan-pertanyaan perihal hidup yang bajingan."


 


Mulut Makarma kembali berkomat-kamit setiap kali ia menjeda ucapannya--aku masih dilanda keraguan sekaligus takut yang teramat sangat. aku bukannya takut akan ada sosok lain yang mengambil alih raga Makarma. aku hanya takut jika Makarma tak bisa lagi kembali menjadi manusia seutuhnya. ia pasti akan dilanda sedih dan rasa putus asa. tapi kubiarkan ia untuk terus berujar diselingi mantra-mantra.


 


"kalau kau masih merasa takut, setekun apa pun aku membaca mantra, perubahan itu takkan terjadi, kecuali jika aku mati saat ini, maka tubuhku yang akan terbujur kaku lah yang akan menjelma menjadi kabut--itu terjadi setelah jasadku dimakamkan"


 


Kudengar suara-suara asing dari arah kejauhan. tampaknya dari bawah menara. suara-suara yang sudah sangat kukenal. suara-suara yang mungkin datang dari masa lalu. atau masa depan?


 


***


Relung kehampaan ini masih saja menyajikan tubuh Makarma yang utuh--sementara aku sudah mulai meyakini dengan pasti bahwa Makarma akan mampu melakukan perubahan tubuhnya menjadi kabut seperti yang ia ceritakan sejak awal kami bertemu. kali ini ia kembali berbicara, kutahu ada suara-suara lain yang menuntunnya bicara, tapi tentu itu bukan berhulu dari keinginannya sendiri. suara-suara asing terus berdatangan. mengirimkan pesan-pesan ganjil ke liang telingaku. pesan-pesan itu bertukar tempat, berebut ruang, memenuhi rongga-ronga sunyi dalam diriku, mencari jiwa yang lama mati disibukkan deru orang-orang yang diperanakkan kebohongan-kebohongan para anjing di ruang kerja.


 


Makarma, aku tahu kau akan berubah--tapi ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan padamu, kuharap kau jangan jengkel dan berputus harap membaca mantra, menuntun keajaiban dewa-dewa yang semayam di balik tirai kegaiban. sesuatu yang akan kusampaikan ini tentunya berhubungan langsung dengan dirimu, maka dari itu aku akan menyampaikannya, tak perlu ada rahasia yang menjadi sekat pembatas antara kita dan seluruh percakapan yang terus berlangsung.


 


"aku tak pernah mengizinkan siapa pun untuk menyela kisahku, bahkan jika aku sekadar membual tentang kisah kepenyairan para dewa di masa lalu, masa yang telah berlalu ratusan tahun lamanya"


 


Tahukah kau, Makarma, ada suara-suara asing yang terus berdatangan dan berebut masuk ke dalam diriku, memenuhi liang telinga, mencari ruang sekadar istirah. suara-suara yang tampaknya datang dari masa lalu, sekaligus masa depan.


 


"kau sedang membual, agaknya."


 


Aku tak berbakat dalam melakukannya, kau sendiri tahu akan hal itu.


 


"baiklah, aku mempercayaimu. aku tahu kau bukan seorang bajingan seperti para anjing yang mabuk di ruang kerja."


 


Suara-suara itu lebih banyak jumlahnya dari yang pernah aku bayangkan, apakah mereka orang yang pernah aku kenal dan temui di masa lalu? ya, bisa jadi. bisa saja demikian adanya. tapi jika suara-suara itu sebenarnya berhulu dari dirimu, Makarma, apa yang bisa kulakukan? yang aku tahu kutukan tak bisa menular, ia hanya bisa menyebarkan bibit-bibit serapah berkepanjangan.


 


Makarma hening. tak ada lagi yang memulai tutur antara mereka. relung kehampaan masih merekam gejolak-gejolak mantra yang dibaca Makarma sedari tadi. tak ada tanda dewa-dewa. tak ada penanda yang bisa menjadi sebuah sebab perubahan yang akan terjadi pada dirinya. kali ini ia tak ingin membual. semua yang dikatakannya pastilah nyata.


 


Suara-suara berdengung dari dalam diri Makarma, memenuhi rongga kepalanya. suara-suara terus mengepungnya, menariknya hingga ke rimbun perdu rahasia, menyembunyikan jiwanya hingga ke titik nol penciptaan, ketika pada suatu masa yang jauh kakek buyutnya menerima kutuk itu--di sanalah bermula segala yang kau sebut sebagai kesialan. suara-suara yang terus berdengung itu, mengisyaratkan kepadanya, bahwa segala kebohongan yang pernah ia ketahui dan dengar adalah keharusan yang menjadi penyebab utama berkembang-biaknya para anjing, merongrong dengan banyak kebisingan dan kisah-kisah riuh di balik kesibukan sasmita.


 


#PenakotaGiveaway

16 Feb 2020 03:55
365
Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
2 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: