SABDA PANDITA RATU
Puisi
Kutipan Puisi SABDA PANDITA RATU
Karya terumbukata
Baca selengkapnya di Penakota.id
Menjadi sendiri adalah pekerjaan yang melelahkan bagi kau. Bagi aku, kesunyian adalah teman bicara yang menggairahkan dan menggemaskan secara bersamaan. Di luar sana, seseorang sedang membuat kau mati rasa. Diam adalah jalan tengah terbaik yang tidak menjanjikan apa-apa.

Akhir-akhir ini langit terlampau cengeng. Ia seringkali mengubah warna dari biru di pagi hari ke kelabu saat beranjak siang dan keduanya secara beririsan di sore hari. Senja adalah waktu aku menangisi sebuah tragedi: kau yang me-nisan, agar aku abadi kata kau. Atau, mungkin menangisi aku yang tidak bisa lagi menangis sejak air mata aku pindah di pipi kau yang ranum dan dingin.

Orang lain adalah muslihat yang saling mengelabuhi. Barang-barang diperjuangkan melebihi nama Tuhan. Mereka bersenjata, aku berpena. Takdir menolak untuk bertukar sisi. Kata-kata saling bunuh di udara. Di halaman-halaman koran opini-opini dituangkan. Racun sudah di sebar. Tembok-tembok kota mengelupas ingin merobohkan tulang gedung-gedung.

Aku ingat pesan terakhir kau sebelum hari Sabtu saat makan siang. Lusa hari Minggu. Penguasa beristirah dan membaca buku puisi. Jika kau ingin menemukan aku, bacalah buku yang sama lalu kita akan ditabur bersebelahan. Kita akan meremaja di tubuh kita yang merapuh setiap hari. Kelak di penjual buku bekas pedestrian di luar gedung teater kota ini, kita adalah nama yang di persaksikan waktu sebagai buku pelajaran.

Semoga.
13 Feb 2018 22:21
858
Kediri, Jawa Timur
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: