Saat aku membuka daun jendela kamar di pagi hari. Sesuatu: kenyataan, datang menusuk rongga dada aku. Di pandangan mata pikiran kau, aku orang yang paling patut dipersalahkan.

Waktu yang bergerak di jam dinding selalu hidup. Pergi ke udara terbuka dan menyambangi kau di tempat tidur kau yang tenang. Mengeratkan pelukan kepada kepasrahan terhadap seseorang lain yang pernah mengharapkan kau berlutut hingga kaki kau berdarah.

Aku pernah menjadi benda lain yang kau singkirkan dari pandangan kau. Beruntung aku lahir dari palung laut paling dingin lautan dengan seburuk-buruk cuaca. Saat itu aku menganggap kau hanya bisa memercikkan garam di atas lautan hidup aku yang ranggas akan cinta.

Aku datang di saat yang tepat. Saat kau butuh sesuatu yang bisa menghapus mendung di langit kota jantung kau: aku menyediakan satu pelukan yang hanya menjatuhkan satu kata sifat: abadi.

Aku tidak bisa mengerti, mengapa aku harus menghabiskan begitu banyak waktu hanya untuk melihat aku habis, dengan melihat kau pergi.