Adakah malam yang tidak bicara saat telinga kau benar-benar ingin mendengar?. Kau memberiku sekotak pertanyaan tentang apa itu ketiadaan cahaya, dan aku cukup lama mencerna bahwa itu adalah sebuah pemberian kau di pertemuan singkat senja itu.

Seseorang selalu ingin memetik satu senyum di kebun airmata di hari lalu. Membakarnya sebagai persembahan bagi bulan yang enggan ditanggalkan di mata jantung aku. Dada aku yang compang memeluk wajah kau yang dingin. Mengisinya dengan hangat yang aku curi dari api senyum asmara remaja-remaja kota.

Akan ada hari yang benar-benar kesepian di hati dan telinga kau suatu saat. Memukul-mukul kepala aku yang kosong dari hingar bingar dada kau yang sesak akan cinta di masa lalu. Sampai sepasang lengan akan menyentuh pundak kau membawa jawaban datang dari negeri jauh, sembari mendongengkan lagi lagu lelah tentang kau di hari ini.