tiada terbayang wajah, bukan senyum ramah, apalagi pesona.. yah! Beberapa percakapan, ketika kita bicara satu sama lain. bersama selalu milik kita, rindu juga selalu milik kita. Namun, ingatan adalah milik sendiri, ah! Hal ini yang menyebalkan, dia sering kali melupakan beberapa percakapan mendalam, sebut saja percakapan ini dalam.

Suatu ketika di sepanjang jalan menuju pantai Mekaki, dia berboncengan dengan seorang wanita seraya memperkenalkan sepeda motor tua miliknya, jalan raya di sepanjang Sekotong ini sangat sepi, hembusan angin dari bibir pantai menghangatkan badan, terik mentari seolah tersenyum kepada kita. Sesekali dia memperhatikan wanita itu dari spion motor miliknya yang hanya tinggal sebelah kanan saja, wanita itu terlihat menarik nafas panjang dan menutup matanya, menikmati udara yang tak pernah didapat di pusat ibukota, sepertinya wanita itu bahagia. Entah apa yang membuatnya bahagia, hembusan angin dari bibir pantai? Hangat mentari terasa hangat sampai ke dalam kulit? Atau karena berboncengan dengan pemilik sepeda tua?

Pertanyaan demi pertanyaan selalu dia lontarkan kepada wanita itu..

“mengapa kau tidak merekam indahnya bibir pantai di sepanjang jalan yang sudah kita lalui?”

“aku tidak ingin merekam”

“sayang loh momentnya bakal dilewati begitu saja”

“tidak ada yang dilewati begitu saja, aku mencoba mengingat. Jika aku sibuk merekam, lalu apa yang bakal terisi dalam ingatanku?”

“kalau begitu nikmati perjalanan, aku bakal membawamu ke tempat yang mungkin orang lain tidak dapat memperlihatkan kepadamu”

“aku tak sabar kalau begitu”