Rumah = Hukuman
Cerpen
Kutipan Cerpen Rumah = Hukuman
Karya wulanhamid
Baca selengkapnya di Penakota.id

14 Februari 2018


Rumah adalah hukuman. Kau tahu mengapa, ma?


Pijakkan kakiku di lantai rumah, hangat senyummu secara tiba-tiba saja telah memenuhi lantai, segera saja aku menundukkan kepala untuk memperhatikan setiap lantai yang kupijak, berusaha hati-hati dengan kaki kuangkat perlahan, agar senyummu tak tertutup pijakkan kakiku di lantai.


Sentuhanku pada dinding-dinging rumah, kuresapi sentuhan ini, ujung-ujung jariku pada dinding yang sangat dingin, kusentuh sambil kupejamkan mata, mengingat kembali momen. Ketika dulu aku tiba di rumah, ada kau duduk di sofa depan sedang mengunyah makanan, atau sibuk dengan acara televisi, terkadang juga kau terlihat sibuk membaca sambil menaikkan kacamata yang terus merosot hingga ke hidungmu yang paling bawah karena hidungmu pesek, ma. ahahaha. Dan sekarang aku tersenyum mengingat kembali momen itu. Walaupun sekarang, sofa itu terlihat kosong dan dingin tanpa sosokmu.


Langkah pertamaku pada anak tangga menuju kamar, biasanya terhenti karena aku sibuk memandang lukisanmu dengan riasan pengantin di usiamu 21 tahun berdampingan dengan ayah ketika dia berusia 23 tahun, kini lukisan itu tak melekat lagi pada dinding, tak ada lagi yang menghentikan langkah kakiku ketika menaiki anak tangga. Kecuali suara gemerincing kalung si cantik, yang mengikutiku sampai di kamar. Dan aku tak mau ambil pusing urusan hal ini, mungkin salah satu kakakku telah membawa lukisan itu dan ditempatkan di rumah yang hangat, agar warna-warna yang tergores pada lukisan itu, mematikan tatapan iri siapa pun yang memandangnya.


Tatapanku masih pada si cantik, seperti biasa ia mengelilingi kamar, entah apa yang ia cari, lalu ia sekedar duduk persis di depanku dan coba kusapa dan kucium kepalanya sambil mengusap-usap bulu-bulu putih yang selalu membuatku gemas, setelah mendapat ciuman itu, ia berlalu pergi dengan suara gemerincing kalung yang perlahan menjauh.


Rebahlah aku.. malam ini sepertinya kau sudah menunggu di dalam kamar, menyambutku perlahan dengan secuil kesedihan dan ketabahan, kuambil telphone genggamku hanya sekedar mencari beberapa file yang berisi foto-fotomu, ma. Kupandangi cukup lama, beberapa foto kita berdua, tersenyum dengan beberapa latar yang berbeda. Rasanya malam ini kita memandangi foto bersama-sama, menikmati dinginnya dinding yang tidak berbicara, mungkin ia marah karena kutinggal beberapa hari dan kita pun saling menatap saat mendengar rintikan hujan dari luar jendela. Dan aku mulai melupakan beberapa beberapa berita yang tadi sore sedikit mencekikku, terutama RKUHP yang masih terkatung-katung.


Ah aku tersentak! Tersadar beberapa menit setelah kebersamaan kita tadi. Dan ternyata kau sudah lama meninggalkan rumah dan juga meninggalkanku.


Kau tahu, ma?

Segala sisi dalam rumah selalu mengingatkanku padamu. Dan ini adalah hukuman bagiku.


Kupasang headset pada kedua telingaku dan “i’m trying to find // home // a place where I can go // to take this off my shoulders // someone take me home // home”. Kunikmati tiap lirik lagu Home – Machine Gun Kelly; X Ambassadors; Bebe Rexha. Sambil berharap, mimpi indah dapat menghanyutkan diri ini.

16 Apr 2018 16:43
144
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: