NASIONAL
14 Feb 2019 00:53
645
Bamsoet: Pengkritik Wacana Jalan Tol Motor Itu Sotoy

Penakota.id  - Pergunjingan wacana yang dilontarkan Ketua DPR Bambang Soesatyo mengenai motor dapat melaju di jalan tol masih saja ramai diperdebatkan. Dari kalangan elit, LSM, bahkan akar rumput, semuanya memiliki argumentasinya sendiri untuk menaggapi wacana ini.

Begitu pun bagi Marno (38), sahabat Sir Pentoel sejak kecil. Kemarin, Marno dan Pentoel bersepakat untuk bernostalgia mengulang keseharian mereka di akhir pekan saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Marno dan Pentoel akan mengulang kebiasaan mereka untuk pertama kalinya lepas 20 tahun mereka tidak melakukan hal itu lagi, bermotor ria ke daerah Puncak, Jawa barat.

Biasanya, dari wilayah tempat mereka tinggal di daerah Jakarta Selatan, butuh dua jam lebih untuk sampai ke Puncak menggunakan motor. Dua jam itu pun dapat ditempuh jika mereka berangkat saat dini hari. Jika mereka berangkat pagi atau pun siang, mereka akan menyentuh estimasi yang lebih daripada tiga jam.

Pentoel amat menyukai kegiatan bermotor ria bersama Marno. Pasalnya sejak dulu, jalan bersama Marno tidak pernah membuat harinya membosankan. Selalu ada obrolan receh atau pun serius di tengah perjalanan mereka berdua. Marno memang suka sekali berbicara, memberikan motivasi, bahkan menimpali suatu isu nasional seolah dirinya adalah manusia paling kritis di Indonesia.

Sebagaimana hari itu, di tengah perjalanan mereka ketika waktu masih menunjukan pukul 01.00 WIB, saat mereka berdua masih berada di daerah Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat, bibir Marno tidak bisa diam membicarakan pemberitaan mengenai wacana kendaraan bermotor dapat menggunakan jalan tol.

“Pastinya orang macam kamu sudah dengar kan Toel masalah itu? Secara kamu pernah menjadi jurnalis,” tanya Marno kepada Sir Pentoel, Minggu (3/2).

Di tengah perjalanannya, Marno komat-kamit terus. Wacana yang dilontarkan Bamsoet (sapaan akrab Ketua DPR .red) seoalah kesalahan besar bagi diri Marno. Alih-alih memberi kebijakan yang adil bagi pengguna jalan, meminimalisir kemacetan, Marno terus saja menyalahkan tujuan Bamsoet itu. Dalam pemikirannya, Bamsoet tidak visioner ketika melontarkan wacana tersebut.

“Itu kan bisa saja menjadi ancaman bagi kita para pengendar motot, Toel,” terang Marno.

Ia memaparkan pendapat ketua Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi kepada Sir Pentoel. Bagi Marno, pendapat yang dikatakan Tulus pada Sabtu (2/2) adalah pendapat yang seolah paling benar.

Dipaparkan Marno, Tulus mengatakan, bahwa wacana Bamsoet merupakan wacana yang kontra produktif terhadap aspek safety, yang menjadi basis utama dalam bertransportasi. Tulus beranggapan, mengizinkan sepeda motor masuk ke jalan tol, apapun formulasi di lapangan, adalah sama saja menyorongkan nyawa pengguna sepeda motor.

"Kalau begitu, kata Tulus, artinya pemerintah dan Ketua DPR tidak paham soal aspek safety di jalan raya," tutur Marno.

Marno sendiri sepakat dengan Tulus. Menanggapi wacana tersebut, ia mempertanyakan apakah Ketua DPR dan pemerintah tidak membaca data bahwa per tahunnya 31 ribu orang Indonesia meninggal di jalan raya karena lakalantas, dan 71% adalah pengguna sepeda motor.

Kalau tahu data tersebut dan masih ingin merealisasikan wacana ini, Marno menggap, bahwa Bamsoet atau pun pemerintah mewacanakan sesuatu yang irasional bahkan sesat pikir. “Kata Bang Tulus, mungkin wacana tersebut atas hasil lobby industri sepeda motor kepada DPR dan pemerintah. Menurut kamu sendiri bagaimana, Toel?” ucapnya lantas menanyakan pendapat Pentoel.

Mendengar celotehan Marno, Pentoel mengernyitkan dahinya. Namun, walaupun begitu ia amat senang karena Marno masih seperti Marno yang lama. Ia tidak berubah sekalipun, selalu berkata benar jikalau ia benar baginya, dan sebaliknya. Walaupun kebijakan tersebut sejatinya datang dari politisi favoritnya atau pun di kepemimpinan oemerintah yang ia pilih.

“Jangan buruk sangka dulu, No. Kita tidak tahu maksud dan tujuan yang sebenarnya. Walaupun kita wajib mengawal dan mengkritisi semua kebijakan. Kau belum mendengar klarifikasi Bamsoet kemarin yah?” ujar Pentoel kemudian bertanya kepada Marno.

“Memang apa?” tanya marno kembali.

Pentoel memberitahukan kepada Marno, bahwa pada hari Senin (4/2), Bamsoet memberikan klarifikasinya. Untuk menjawab kritikan yang berseliweran, Bamsoet mengatakan, wacana jalur tol khusus kendaraan roda dua bukanlah gagasannya belaka. Wacana tersebut lahir dan berangkat dari aspirasi jutaan pengendara motor dan itu semua telah dipertimbangkan dengan berbasis data. Bamsoet mengklaim, bahwa pengendara motor juga ingin menikmati infrastruktur yang dibangun negaranya dengan nyaman dan aman seperti para pemilik mobil tanpa adanya diskriminasi

“Bamsoet menyayangkan masih banyak pihak yang mengkritik tanpa melihat tujuan dan rencana pembangunan jalur motor dalam tol tersebut dibangun. Padahal katanya, di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 44 tahun 2009 tentang Jalan Tol jelas tertulis bahwa pembangunan infrastruktur yang dibangun pemerintah harus memberikan manfaat sebesar-besarnya dan seadil-adilnya bagi masyarakat,” terang Pentoel.

Pentoel memberitahukan Marno jika latar belakang Bamsoet seperti itu karena ia ingin menerapkan kebijakan yang adil kepada para pengguna infrastruktur jalan sesuai regulasi yang berlaku. Hal lain yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan, diungkapkan Bamsoet, adalah fakta bahwa pada beberapa daerah di Indonesia sepeda motor merupakan moda transportasi dengan populasi yang cukup besar. Sehingga mereka perlu diberi kemudahan dalam penggunaan infrakstruktur jalan tol dengan memperhitungkan faktor keselamatan dan keamanan.

“Nah mungkin orang-orang sepertimu yang dikatakan Bamsoet adalah orang yang belum paham (gagal paham) namun sudah "sotoy" atau sok tahu,” tutur Pentoel memberitahu Marno soal perkataan Bamsoet.

Bamsoet menilai banyak pihak yang sok tahu mengkritik sebelum mengetahui konsep yang sebenarnya ada dalam gagasan tersebut. Penggunaaan jalan tol sebagaimana yang dimaksud adalah, bukan langsung bergabung bersama-sama pengguna mobil di jalan tol yang selama ini sudah berjalan sebagaimana disampaikan banyak pihak dan menimbulkan pro-kontra.

Kata Bamsoet, akses motor dalam tol dibuat terpisah atau disediakan jalur khusus satu arah dengan gate serta gerbang khusus motor bagi ruas-ruas tol yang masih memungkinkan selebar 2,5 meter di sisi bahu jalan dan dibatasi separator beton. Tingkat keamanan dipastikannya akan tinggi dengan mengadopsi contoh jalur motor yang sudah ada di tol Bali Mandara.

Konsep jalur tol terpisah dalam tol ini telah tertuang dalam PP No 44 tahun 2009 yang mengacu pada UUD Negara Republik Indonesia 1945 pasal 5 ayat (2) dan UU No 38 tahun 2004 tentang Jalan. Pasal 38 ayat (1a) di peraturan pemerintah tersebut menyatakan bahwa di jalan tol dapat dilengkapi dengan jalur jalan khusus bagi kendaraan bermotor roda dua yang secara fisik terpisah dari jalur jalan tol yang diperuntukan bagi kendaraan roda empat atau lebih.

Bamsoet memandang mereka yang memberi kritikan pedas terhadap wacana ini berkomentar dengan tudingan tanpa memahami persoalan. Kritikan dilontarkan asal bunyi tanpa data atas nama keselamatan pengguna motor ataupun memberikan solusi bagaimana mengurangi tingkat kecelakaan dan kematian yang tinggi bagi pemotor di jalan raya.

"Menurut Bamsoet, solusi yang tepat adalah dengan menyediakan jalur khusus di setiap infrastruktur jalan tol yang masih memungkinkan secara fisik, satu arah dengan pintu gerbang khusus seperti di Bali Mandara. Dengan demikian kemacetan pemotor di jalan biasa terurai karena sebagian pemotor masuk tol khusus motor. Dan potensi kecelakaan pun terhindar karena satu arah, tidak berlainan arah. Seperti kasus di Bali," papar Pentoel memberitahukan kembali.

“Kamu bela Bamsoet? Apa karena dia mantan jurnalis seperti kamu, Toel?” timpal Marno.

Pentoel pun tertawa kecil. Ditegaskannya, ia bukan membela Bamsoet, namun lebih kepada bijak melihat keadaan dan isu. Bagi Pentoel, dalam melihat kebijakan, kita harus objektif pada fakta lapangan yang ada. Kenyataannya menurut Pentoel, masih ada beberapa masyarakat yang menganggap wacana ini menjadi angin segar karena dapat membantu mereka dalam konteks aksesibilitas.

Pentoel pun memberikan argumentasinya, kalau wacana ini memang memiliki poin plus dan minus. Menurut Pentoel, ada beberapa poin plus jika wacana ini dapat terealisasi, dan sebaliknya. Mendengar hal tersebut, Marno pun bertanya ke Pentoel apa yang akan terjadi jika wacana ini terealisasi dari segi plus dan minus itu.

“Banyak, kalau ya ini argumentasi pribadiku saja. Nilai plusnya, jelas bagi kita pengendar motor akan terminimalisir daripada kemacetan. Kemudian, di tol itu kan jarang ada batu dan paku di jalannya, jadi motor kita tidak rawan untuk bocor. Terus, pegel-pegel badan karena naik motor bakalan berkurang karena waktu yang cukup singkat jika ada jalan tol,” ucap Pentoel.

Untuk minusnya, Pentoelmengatakan, bahwa di jalan tol nantinya para pengendara motor yang ingin merokok dan ia tidak bawa rokok tidak akan bisa beli rokok ketengan karena tidak ada warung di pinggir jalan. Kemudian, tidak akan ada tambal ban karena sekalipun ada mereka para penambal akan dilematis menggelar lapaknya di jalan tol. Lebih lanjut, tidak akan ada beberapa orang yang dengan keunikannya seliweran si jalan. Padahal kadang kala para pengendara motor butuh hal yang bening untuk rekreasi, bukan objektifikasi.

“Jadi, terkait kebijakan kita harus melihat beberapa ia merugikan dan menguntungkan masyarakat. Kalau memang wacana ini banyak ruginya, ya kita wajib mengkritik,” jelas Pentoel.

**

Pentoel dan Marno pun pada akhirnya sampai ke tempat tujuan mereka. Mereka tiba di Puncak pukul 03.00 dan bermalam di Pom Bensin. Sebentar mereka melihat pemandangan dan memotret pemandangan, lantas pada pukul 07.00 mereka memutuskan untuk pulang ke Jakarta.

Di tengah perjalanan, Marno dan Pentoel harus berhadapan dengan kemacetan. Pasalnya pada hari itu memang hari libur panjang jelang Tahun Baru Imlek.

“Sial, coba ada jalan tol untuk motor,” keluh Marno.

(Penakota.id –fdm/glp)

Alih-alih ingin menerapkan kebijakan yang adil bagi pengguna transportasi, Bamsoet wacanakan jalan tol untuk kendaraan bersepeda motor.