HUMANIORA
18 Feb 2019 15:30
985
Ramaikan International Puppet Festival di Pakistan, Papermoon Puppet Theatre Sajikan Kisah Magis Puno dan Tala

Penakota.id – Sebuah teatrikal, sebuah boneka bergerak. Begitulah kiranya karakter daripada grup Papermoon Puppet Theatre. Berdomisili di kota Yogyakarta, Jawa tengah, dapat dikatakan grup ini adalah pionir teater boneka di wilayah itu.

Walau nama atau eksistensinya terkesan baru mencuat pasca tampil dalam salah satu adegan film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2 di tahun 2016, sejatinya grup ini sudah ada jauh sebelum film tersebut digarap. Papermoon Puppet Theatre lahir membumi di bawah tangan seorang wanita bernama Maria Tri Sulistyani sebagai garda. Maria membangun Papermoon Puppet Theatre sejak medio 2006.

Kendati sempat mati suri sebentar karena gempa menimpa Yogyakarta pada medio 2007 silam, pasca gempa pada akhirnya grup ini kembali menemukan panggungnya. Dilatar belakangi dari keikutsertaan mereka menjadi relawan untuk program rehabilitas para korban bencana gempa, dan memakai boneka sebagai instrumen rehabilitasi, nama Papermoon Puppet Theatre mulai dikenal masyarakat lagi. Tahun dan kesempatan tersebut bahkan menjadi awal mula titik terang grup yang digawangi Maria itu hingga sekarang.

Berangkat dari menjadi relawan untuk para korban gempa, nama Papermoon Puppet Theatre semakin mulai dikenal oleh masyarakat luas. Bukan hanya dikenal di kuali nasional, nama mereka juga terkenal hingga manca negara. Negara-negara Eropa sudah mereka jajaki untuk melangsungkan pementasan teater boneka yang menjadi andalan. Tercatat sudah sekitar 30 kota di 15 negara menjadi perhentian Papermoon Puppet Theatre untuk menampilkan karya-karyanya selama 13 tahun perjalanannya.

Baru-baru ini, mereka kembali unjuk gigi di luar Indonesia. Papermoon Puppet Theatre ikut serta meramaikan ajang pertunjukan International Puppet Festival yang digelar oleh Rafi Peer Theatre Workshop di Kota Budaya Lahore, Pakistan, Sabtu (16/2).

Dalam rangka mempererat kerja sama bilateral dan memperkenalkan Indonesia secara luas di negara tersebut, KBRI Islamabad mengajak Papermoon Puppet Thetre untuk menunjukan kualitas mereka juga memberitahukan, bahwa kreativitas anak-anak bangsa ini tidak kalah dengan bangsa lain.

International Puppet Festival sendiri juga diikuti oleh penampil dari Jerman, Turki, dan seniman lokal terkemuka.

“Serupa dengan wayang, penampilan teater boneka Papermoon dan festival ini juga diharapkan menjadi media komunikasi antarbudaya yang dapat mendorong rasa saling pengertian dan kerja sama kedua bangsa,” ungkap Duta Besar Republik Indonesia untuk Pakistan, Iwan Suyudhie Amri sebagaimana keterangan resminya, Minggu (17/2).

Dijelaskan oleh Iwan, pertunjukan wayang telah lama menjadi bagian dalam khazanah budaya Indonesia dalam menyampaikan pesan-pesan nilai luhur kemanusiaan.

Pada kesempatan tersebut, Papermoon Puppet Theatre menampilkan karya terbaru mutakhirnya (2018) yang bertajuk Puno: Letter to The Sky. Cerita yang terbungkus dalam judul itu ialah cerita tentang sebuah hubungan batin yang mendalam antara sesorang gadis kecil dengan orangtuanya yang telah tiada.

Kehilangan Puno, ayah tercintanya, membuat Tala, nama gadis kecil itu, terpuruk. Untuk belajar menerima rasa pahit, Tala kerap menuliskan perasaan-perasaannya di sebuah kapal kertas yang diberikan ayahnya sebelum ia meninggal dunia.

“Saya melihat penonton sangat menikmati,” tutup Iwan.

 (Penakota.id – fdm/glp)

Penampilan Papermoon Puppet Theatre dalam International Puppet Festival di Pakistan menjadi salah satu langkah untuk mengenalkan Indonesia lebih luas lagi di negara tersebut.