GAYAHIDUP
23 Jun 2017 11:00
679
Rich Chigga dan Rhyme and Poetry

Penakota.id - Lebih dari satu abad sebelum genre musik rap (rhyme and poetry) meledak di dunia musik Amerika, sebetulanya musik rap sudah muncul di ruang lingkup para musisi Afrika Barat. Pada saat itu mereka beriarama mengenai folklor. Irama yang dipakai dekat definisinya dengan rhyme and poetry. Selain itu, para senimana rakyat di pulau Karibia juga sudah sering mendeklamsikan sajak-sajak dengan cara cepat, serupa rapper-rapper masa kini. Dua daerah tersebut adalah sebuah fondasi yang menjadi acuan bagi peradaban musik rap Amerika moderen yang sekarang sering kita dengar.

Irama-irama yang diciptakan para rapper dianggap oleh banyak oranhg sebagai gaya puisi paling canggih. Terlebih, saat para rapper kerap membahas isu yang menurut orang-orang sebagai avant garde daripada isu-isu yang kerap digambarkan oleh genre-genre musik pada umumnya.

Avant garde secara umum dapat diartikan sebagai jenis sebuah karya yang menembus konvensional. Biasanya jenis ini dapat kita lihat dalam seni visual, sastra atau dunia musik yang karyanya dicirikan oleh metode yang eksperimental dan lebih radikal daripada umumnya. Contoh seniman yang kental dengan konsep tersebut misalnya Yoko Ono. Seni avant garde Ono yang paling diingat banyak orang ialah Cut Piecesalah satu karyanya yang ia tampilkan pertama kali pada tanggal 20 Juli 1964 di Yamaichi Concert Hall, Kyoto, Jepang. Pada karyanya tersebut keradikalan Ono nampak jelas. Cut Piece merupakan sebuah keritikan Ono atas tindakan kekerasan yang dialami oleh semua perempuan di berbagai negara. Dalam pertunjukkan itu, Yoko Ono berperan sebagai objek korban kekerasan, ia meminta penonton datang satu per satu ke atas panggung, lalu meminta mereka memotong pakaiannya hingga habis. 

Begitulah singkat tentang rap dan apa itu avant garde. Dan baru-baru ini Indonesia juga kerap andil daripada karya-karya eksperimental tersebut. Karya-karya avant garde dan tokoh yang mencampurkan bumbu tersebut seolah menjadi ruh baru bagi dunia seni tanah air. Dalam karya sasta misalnya, baru-baru ini seorang intelektual marxis muda membuat dobrakan dengan novel avant garde bergaya metafiksi yang berjudul Kiat-Kiat Hancur Lebur, dia adalah Martin Suryajaya. Selain itu, di panggung musik, nama Rich Chigga bahkan menjadi sorotan mata penggiat musik rap dan hip-hop internasional karena selain menembus musikalitas tanah air, Chigga juga mendobrak paradoks para rapper dunia dengan gaya tari dan berpakaiannya ketika bernyanyi. Dia juga seolah menciptakan sebuah definisi baru terkait apa itu 'go international’ ketika para netizen melihatnya mengunggah foto bersama Diplo, salah satu disc jockey yang terkenal di dunia. Selain itu, Chigga juga berhasil bertemu bahkan diwawancarai langsung oleh musisi dan produser hip-hop papan atas Amerika, Pharrel Williams dan Scott Vener.

Ketika Chigga mengatakan dirinya bernyanyi layaknya berkomedi pada salah satu media, nampaknya itu semua adalah ice breaking belaka. Pasalnya menurut Lauren Nostro dalam tulisannya di media Genius, pada salah satu lirik lagu Chigga, Dat $ tick yang menurut dunia adalah sebuah representasi kehidupan yang ada di Amerika, bagi Nostro adalah kesalahan besar. Dat $ tick adalah lagu yang Chigga buat bagai embrio karya-karya lainnya. Kata Nostro, Chigga seperti sedang membicarakan kemiskian di Indonesia (terutama Jakarta), kehidupan para pamakai narkoba, sebuah gengster, konflik sosial, dan kebrutalan para polisi dsb.

"Dat $tick telah menyentuh topik-topik kontroversial jika anda melihat kembali ke video Chigga ketika ia menghisap Vape, bergerak ala Dab, dan menenggak Kokain. Chigga dalam rapnya membahas tentang kehidupan dalam kota, kebrutalan polisi, pendapatan yang tidak setara, pemakai narkoba, hubungan antar geng, dst, dan banyak orang yang berasumsi bahwa dia membahas tentang Amerika namun Chigga tidak pernah menginjakkan kaki di sana," tulis Nostro.

 

Photo: https://hype.idntimes.com

(penakota.id - fdm/fdm)