GAYAHIDUP
03 Oct 2017 11:00
939
Chit-Chat Bareng Salah Satu Penggagas Acara Paviliun Puisi

Penakota.id - Lo tahu ga sih, sebenernya banyak banget acara-acara menarik di Jakarta yang berkaitan dengan sastra? Misalnya di Taman Ismail Marzuki (TIM), Salihara, POST Bookshop di dalam Pasar Santa, kadang acara komunitas di taman-taman, kadang kedai-kedai kopi. Nah baru-baru ini ada juga semacam acara demikian masuk dalam kedai jamu. Menarik kan?

Acara yang kurang lebih sudah hampir empat kali berlangsung di kedai jamu, Pavilliun 28, Petogogan, Jakarta Selatan ini adalah acara yang diselenggarakan oleh Paviliun Puisi. Acara tersebut lahir dari hasil buah pikiran dua pasang suami-istri loh! Mereka adalah Utari Intan Nugrahani dan sang suami, Yoga serta penulis Anya Rompas dan suami yang juga seorang penulis sekaligus kritikus sastra, Mikael Johani.

Di setiap acara yang digelar oleh Paviliun Puisi, Lo bisa ngisi sesi yang mereka beri nama Open Mic. Pada sesi tersebut Lo bisa maju dan bebas mau bacain puisi yang Lo buat sendiri. Lumayan kan buat nunjukkin karya Lo ke orang-orang?

Kami bisa jamin di acara yang diselenggarakan sebulan sekali setiap akhir pekan itu Lo ga bakal ngerasa tertekan. Karena acara ini emang dibangun buat Lo senang-senang, membuang kepenatan akan kegiatan di hari-hari biasa sambil belajar satu sama lain. Bayangin, di sana Lo bisa ngobrol sama seorang kritikus sekaligus penulis model Mikael Johani! Mantab ga tuh? Salah satu juri Sayembara Dewan Kesenian Jakarta Broh, Sist!

Coba deh Lo cari salah satu artikel Vice. Dalam artikel tersebut, acara Paviliun Puisi masuk sebagai cara asyik ngisi akhir pekan Lo semua. Gokil kan? Buat Lo-Lo yang gabut di rumah di akhir pekan pokoknya meluncur aja.

Nah, biar Lo lebih tahu soal Paviliun Puisi yang super ajib, berikut sedikit hasil obrol-obrol kami dengan salah satu arsiteknya, Utari Intan Nugrahani atau biasa dipanggil Yayi.

 

WAWANCARA BERSAMA UTARI INTAN NUGRAHANI:

 

Halo Mbak Yayi. Sebenarnya sejak kapan sih acara Paviliun Puisi berjalan? Terus latar belakangnya apa?

Halo. Kami tuh mulai sebenarnya 2017. Baru banget. Jadi ini tuh acara keempat. Terus latar belakang acaranya tuh karena Mas Mike (panggilan Mikael Johani) dan Mbak Anya tuh kan sudah lama di dunia puisi. Mereka kan sudah bikin komunitas Bunga Matahari dari awal tahun 2000-an. Sementara gua bersama Letter Platters biasa bikin acara puisi tahunan sejak 2013, namanya Letterature. Nah pada tahun 2016 kebetulan kami lagi sama-sama kayak… ‘ko kita ga buat apa-apa ya?’. Barulah sejak itu kami mulai ngobrol… ‘kayaknya kita harus bikin sesuatu deh, harus bikin satu tempat dimana kita ngumpulin penulis puisi terus mereka bisa bawa karya mereka untuk dibagikan ke orang-orang secara live”. Nah cuman kami mikir kami ga pengen bawa satu bendera, jadi kami ga pengen dikenal sebagai komunitas gitu loh. Makannya kami selalu beritahu orang-orang kalau Paviliun Puisi itu acara, bukan komunitas. Intinya like….everybody can join, anytime.

Apa sih sebenarnya yang menarik dari Paviliun Puisi? Maksudnya yang membuat acara Pavilliun Puisi berbeda dengan acara-acara puisi lainnya?

Mungkin yang bikin beda dari yang lain adalah, kami ingin membawa spirit kolaborasi kali yah. Karena kan kebanyakan acara puisi itu kalo Lo datang cuman baca puisi aja tuh. Nah di sini tuh, kami pengen ada alternatif baru lah, biar orang-orang yang ga suka puisi bisa masuk sini dan akhirnya dia tahu.. ‘oh ternyata puisi itu ternyata bisa diapa-apain aja (dalam arti pengemasan)’. Dan Gua seneng bisa being entertained sama acara semacam ini. Akhirnya mereka pelan-pelan belajar tentang puisi itu apa. Sebenarnya gitu. Jadi kaya mengenalkan puisi ke orang-orang yang sebenarnya ga suka puisi.

Kalau boleh tahu, siapa orang yang pertama kali memiliki ide akan Paviliun Puisi?

Ya tadi itu. Berempat. Gua, Mikael, Anya, sama suami gua Yoga. Jadi kami itu semacam sepasang suami istri kurang piknik gitu loh, bo. Haha. Sepasang suami istri yang kurang piknik yang kaya ‘kita bikin acara yuk biar kita tiap bulan aktif’. Haha (gak ngurusin rumah tangga doang). Terus, salah satu kegelisahan kami juga adalah, kami ngeliat scene seni di Jakarta itu terlalu banyak geng-gengan komunitas-komunitas, kayak orang tertentu hanya akan datang ke acara tertentu. Kayak terkotak-kotakkan gitu. Misal kayak contoh ada yang berpikir ‘aduh gua bukan penulis puisi tapi gua mau datang ke salah satu komunitas bla... tapi rasanya gimana gitu (mereka terintimidatif). Aduh gausah deh’. Haha. Masalah-masalah seperti itu sebenarnya akan menyulitkan penulis puisi, penikmat puisi sendiri (gitu kan). Nah kita pengen pelan-pelan, sekalian belajar juga. Eh sebenarnya sambil mau memetakan, bahwa sebenarnya keadaanya seperti apa. Makanya setiap acara Pavilliun Puisi ini pasti kita ngundang komunitas-komunitas.

Baca juga: 

Kenapa memilih Paviliun 28 sebagai tempat diselenggarakannya acara?

Sejujurnya karena Paviliun 28 yang bisa ngasih kami gratis. Haha. Gini sih, ya sebenarnya karena tempat ini sudah sangat dekat dengan kami lah, gua ngeluncurin buku (Romansa Senja) di sini, Anya ngeluncurin buku di sini. Jadi kayak sudah sehari-hari gitu lah. Akhirnya ngobrol lah kita sama Mbak Nia, owner Paviliun 28. Terus kami kasih proposal. Kemudian kami sepakat kalau acara dibuat regular karena Mbak Nia ingin melihat konsistensinya juga. Benar sih, kami sepakat banget lah sama konsistensi itu.

Jadi nama Paviliun Puisi itu karena acara diselengarakan di Paviliun 28?

Bukan. Jadi waktu itu gara-garanya kita kan lagi nyari nama, terus yang paling enak tuh ‘gimana ya biar ga terlalu ekstrim?’. Tadinya mau Pengajian Sastra. Tapi kami takut dilempari batu karena SARA. Haha. Yaudah akhirnya Paviliun Puisi. Karena Paviliun itu kan bukan tempat tinggal, itu tempat singgah. Karena kami maunya orang di sini tidak tinggal, akan tetapi singgah, belajar, terus Lo keluar bawa sesuatu hal yang baru. Gitu. Malahan niatnya kita mau bawa Paviliun Puisi ini kemana-mana sih, soalnya kami melihat banyak teman-teman penulis puisi yang layak untuk didengar. Nah kami sebenarnya lagi nyari area lain juga. Walau tempat induk kami masih akan tetap di Pavilliun 28, tapi kami memiliki goals untuk membawa Paviliun Puisi ini ke kota-kota atau daerah lain.

Mungkin orang-orang banyak yang belum tahu atau mungkin ingin tahu. Sebenarnya setiap kapan Paviliun Puisi diadakan?

Yang pasti setiap abis gajian. Haha. Jadi setiap bulan di akhir pekan, kisaran tanggal 25 ke atas lah.

(penakota.id - fdm/fdm)