GAYAHIDUP
31 Oct 2017 11:00
808
Kilas Balik Acara Paviliun Puisi Bertajuk #SumpahSerapahPemuda

Penakota.id - Allen Ginsberg sudah lama mati. Empat bulan setelahnya, di Lawrence, Kansas, Amerika Serikat, William S Burroughs juga menyusul. Sementara itu sudah terlebih dahulu Jack Kerouac mencium tanah. Ketiganya mustahil dapat bangkit kembali lantas melakukan aktifitas memayungi pengarang-pengarang San Fransisco Literary Rennaisance di sisi utara California.

Malam itu, Sabtu (28/10) di Paviliun 28, Petogogan, Jakarta Selatan kami rasa hampir mirip dengan suasana Trieste Cafe, di kawasan North Beach, San Fransisco saat Ginsberg, Burroughs, Kerouac dan satu temannya, Lucien Carr sedang berkumpul menggelar diskusi serta acara sastra. Kami hanya membayangkan. Pasalnya, di malam itu berlangsung kembali acara Paviliun Puisi yang setiap bulannya digelar. Acara yang dipelopori oleh penulis sekaligus kritikus sastra Mikael Johani, penyair Anya Rompas, Utari Intan dan Yoga pada hari itu membawa tema #SumpahSerapahPemuda—yang ketika didengar seperti ruh-ruh pada setiap karya penulis “Generasi Beat” di atas; represif, reaksioner, serta meniadakan atas segala otoritas yang memperoleh suatu ekspresi.

Menurut Mikael Johani, #SumpahSerapahPemuda adalah tema yang diangkat berdasarkan hari besar Sumpah Pemuda 1928. Mikael beserta kawan-kawan hanya ingin mengajak orang-orang untuk mengapresiasikan Sumpah Pemuda 1928, terkhusus untuk para generasi milenial atau kids jaman now.

“Pada hari ini gue dan teman-teman di Paviliun Puisi mengangkat tema #SumpahSerapahPemuda berkaitan dengan hari Sumpah Pemuda, Gue pengen tahu bagaimana esensi Sumpah Pemuda dari sudut pandang milenial atau kids jaman now,” kata Mikael dengan gaya Jakartanya dalam sambutan sekaligus sebagai orang yang membuka acara.

Sama seperti acara-acara Paviliun Puisi sebelumnya, #SumpahSerapahPemuda adalah acara yang ditelurkan oleh Pavilliun Puisi menggandeng pihak-pihak lain, salah satunya media daring Penakota.id.

 

Baca juga: Puisi Definisi Sumpah: 2017 Hasil Kolaborasi Penulis

  

 

“Sudah dua minggu sebelum malam ini, Paviliun Puisi bekerja sama dengan Penakota.id mengajak orang-orang untuk membuat sebuah puisi kolaboratif. Di mana kami mengajak orang-orang untuk menuliskan satu buah baris puisi yang mendefinisikan Sumpah Pemuda untuk kemudian kami jadikan satu buah puisi secara utuh,” ucap Fairuz, salah satu penggagas Penakota.id.

Kemeriahan acara makin terasa saat salah satu penampil, band The Cat Police mengajak tamu-tamu menyanyikan lagu-lagunya. Selanjutnya Rendy selaku MC mulai memanggil para tamu yang sudah mendaftarkan diri untuk sesi Open Mic. Sesi Open Mic adalah sesi yang dimiliki oleh Paviliun Puisi untuk mengajak tamu-tamu mengenalkan puisi-puisi yang mereka buat sendiri. Tidak disangka, salah satu orang yang mendaftar pada malam itu adalah Galeh Pramudianto. Penulis buku antologi puisi Skenario Menyusun Antena itu dengan lantang membacakan satu puisinya yang pernah dimuat di koran Tempo, edisi akhir pekan 19-20 Agustus 2017.

Kendati tema yang diusung oleh Paviliun Puisi terkesan terlihat agak liar saat dibaca, namun di acara ini suasana sangat penuh dengan cinta pula. Para tamu mulai tersipu-sipu saat Gilang Rashif, penulis sekaligus founder komunitas menulis Sajakinaja yang juga menjadi bintang tamu malam itu membacakan puisi-puisi cinta dari buku Sajakinaja volume 3. Setelah itu para tamu disuguhi oleh lantunan musik-musik analog hasil interpretasi grup Analogcouple atas puisi Mikael Johani dan Rara Rizal.

Sesudah mendengarkan musik analog yang agak sedikit trippy, giliran duo Tatyana Soebianto dan Umar Muslim menghipnotis tamu-tamu dengan musik sendu. Mereka membawakan tiga musikalisasi dari puisi-puisi Sapardi Djoko Damono: Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka, Sajak Kecil Tentang Cinta, dan Aku Ingin.

Acara #SumpahSerapahPemuda Paviliun Puisi pun pada akhirnya ditutup dengan pembacaan puisi hasil kurasi dari Mikael Johani terhadap baris-baris yang orang-orang tulis terkait definisi Sumpah Pemuda di media Penakota.id. Puisi itu diberi judul Definisi Sumpah: 2017 dan dibacakan bergantian oleh perwakilan dari Paviliun Puisi (Mikael Johani, Anya Rompas, Utari/Yayi dan Rendy) dan Penakota.id (Fadli).

Seperti halnya penulis “Generasi Beat” beserta para pengikutnya, pada #SumpahSerapahPemuda Paviliun Puisi tidak ada manifesto atau pun doktrin, mereka berkumpul dan membuat baris kalimat berdasarkan asas tertentu yang mempersatukan: bagaimana mereka memiliki pandangan terhadap Sumpah Pemuda di jaman now.

(penakota.id - fdm/fdm)