GAYAHIDUP
01 Nov 2017 11:00
767
Gaya Interpretasi Puisi Ala Indra Perkasa dan Firzi O

Penakota.id - Pada acara "Sumpah Serapah Pemuda" Paviliun Puisi, kemarin (28/10), seorang komposer Indra Perkasa dan Firzi O dari Analogcouple  turut andil menghipnotis setiap orang yang datang ke Paviliun 28, Petogogan, Jakarta Selatan. Analogcouple adalah sebuah toko modular synthetizer yang dibangun oleh Firzi bersama sang istri, Meity pada awal 2017.  Di kesempatan itu Indra dan Firzi telah memberikan sajian menarik lewat musik atau bunyi-bunyian yang mereka ciptakan dari sebuah synthesizer analog hasil dari interpretasi mereka berdua terhadap puisi.

Sebelumnya, synthesizer adalah salah satu alat musik elektronik yang menggunakan satu atau lebih generator untuk membuat bentuk gelombang suara yang kemudian diolah dan dikombinasikan sehingga menghasilkan suara musik. Pada awalnya alat ini diciptakan untuk meniru suara-suara yang dihasilkan oleh alat-alat musik seperti halnya, piano, organ, biola, suling, drums, dan sebagainya.

Kendati berkembangnya zaman, synthesizer pun berkembang menjadi alat yang bukan hanya meniru suara-suara alat musik yang sudah ada--melainkan menciptakan suara-suara baru demi usaha memenuhi kebutuhan para musisi dan eksperimentalis. Bunyi-bunyian tersebut merupakan sebuah sistem yang diterapkan synthetizer di mana konfigurasi atau susunan modul yang digunakan demi melahirkan bunyi yang bisa disusun sesuai keinginan si penggunanya. Sistem Modular Synthesizer, itulah nama sistem tersebut dan itu pulalah yang dipertontonkan oleh Indra dan Firzi untuk merangkai bunyi-bunyian berulang kali dalam menginterpretasikan puisi dua orang penyair, Rara Rizal dan Mikael Johani.

Adalah Firzi O, salah satu orang di balik Tokove, penyanyi, penulis lagu, dan produser musik ternama itu yang pertama kali unjuk gigi. Firzi, dengan gampangnya ia membuat orang-orang di sekelilingnya terhipnotis dengan bunyi-bunyian yang diciptakan dari hasil interpretasi dirinya atas puisi penyair Rara Rizal yang berjudul The Voice of My Generation:

LISTEN to me I am the
VOICE OF MY GENERATION
As I help my folks set dinner plates at the table,
(Even though I don’t know my place is in This House anymore),
I’d sit across them like a statue,
They’d be the first to say All The Wrong Things
But that’s okay! Cause we’ve had Practice.
I’ve had practiced the kind of Silence that makes Perfect Silence
It’s LOUDER and that’s my voice and it’s
The kind of voice that drives them CRAZY.

When I walked out of This House years ago I didn’t say anything I just left
Let my empty bedroom speak for itself, let the unused toothbrush
Speak for itself, let the
Teddy Bear they got me for my 10th birthday speak for himself,
My poor folks had to use words and pretended they “mean Something”
Like, “You are not our daughter anymore” meant Something

(Biologically impossible)

Like “You are not welcome in This House anymore” meant Something
because now I’m back in This House and words have been wasted on their part, and
Oh how I wish I could give them a shrug emoji, or a face palm emoji
For all those years I lived in the streets (crying emoji)
And then got back on my feet (bicep emoji, thumbs up emoji)
And for everything that happened in-between,

So LISTEN, as the VOICE OF MY GENERATION I’m just too tired to speak, so perhaps maybe just
Watch where I am, and where I’m not
Because I
Am always where I want to be
Never say things I don’t mean
Never been somewhere I didn’t want to be.

Sedangkan Indra, yang juga dikenal sebagai salah satu personil unit jazz Tommorow People Esemble, pernah terlibat dalam musikal Onrop, film Tabula Rasa, dan film Banda itu juga telah berhasil membuat orang-orang pangling terkesima.

Indra berhasil menyajikan bunyi-bunyi atau efek-efek pada synthetizer analog hasil interpretasinya terhadap puisi Cunnamulla karya Mikael Johani.

a
dog
hangs by
its entrails
on a letterbox
raised high from the earth, the red dust

Firzi (Analogcouple) dan Indra dengan apiknya berhasil mengantarkan gelombang-gelombang priodik ke dalam telinga setiap orang yang mendengar. Orang-orang terlihat terbawa suasana yang dihasilkan dari sistem yang mereka racik bagaikan terhipnotis.

Sayangnya penyair Rara Rizal tidak dapat mendengar secara langsung hasil interpretasi Firzi O atas puisinya dikarenakan ia sedang berada di acara Ubud Writers & Readers Festival 2017 di Bali. Sementara bagi Mikael Johani, modulasi-modulasi yang diciptakan oleh mereka berdua baginya sudah berhasil mewakili suara-suara yang terdapat dalam puisi, terkhusus yang diciptakan oleh Indra Perkasa buah hasil interpretasinya atas puisi Mikael yang berjudul Cunnamulla itu.

"Cunnamulla adalah salah satu daerah di pedalaman Australia. Suatu hari gue pernah melakukan perjalan ke sana. Selama di perjalanan, satu hal yang paling gue terkesan dari Cunnamalla, kalau secara visual adalah saat setiap harinya, setiap pagi, kalau kita naik mobil kita bakal melihat anjing-anjing mati, dengan usus tergurai dan digantungkan di kotak-kotak pos. Yang gue tahu, lantaran di sana orang-orangnya sering kali merasa bosan, jadi salah satu hobi mereka adalah nembak anjing di waktu malam hari. Nah, tadi, gila banget waktu di tengah-tengah gue dengar ada suara tok...tokk...tok...tok..tokk (suara di musik Indra Perkasa)Dan suara yang gue denger di sana, kalau malam, saat berada di tenda, suaranya ya memang mirip kaya gitu, Man! Suaranya benar-benar begitu" jelas Mikael Johani saat diminta oleh Rendy selaku MC untuk merespon sajian Noise Indra Perkasa.

Mikael Johani berterimakasih kepada Indra Perkasa dan memujinya. Bagi Mikael, Indra telah berhasil menghadirkan suara-suara pada puisi Cunnamulla yang bahkan pernah ia dengar secara langsung di sana. Suara-suara tersebut sama percis dengan bunyi-bunyian hasil permainan Indra.

Malam itu Indra dan Firzi seolah telah berhasil mengantarkan orang-orang yang hadir dan mendengarkan sampai tahap trance, atau bisa dibilang momen kekhusyuan, di mana orang-orang terlihat asyik menenggelamkan diri pada bunyi-bunyi hasil permainan mereka.

(penakota.id - fdm/fdm)