HUMANIORA
11 Apr 2018 11:00
505
Memahami Seni Memahami

Penakota.id – Memahami ialah sebuah seni, di mana kegiatan memahami tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa adanya kemampuan dalam memahami. Di dalam memahami terdapat banyak faktor yang menentukan bagaimana proses memahami itu dilakukan, sebab apa yang dapat satu individu pahami akan berbeda dengan apa yang individu lainnya pahami mengenai satu konteks—tergantung dari kemampuan individu itu dalam memahami. Karena memahami bukan dinilai dari hasil akhir dari apa yang dapat disebut sebagai pemahaman, melainkan dari proses memahami itu sendiri. Di sinilah hermeneutik bekerja, sebagai seni memahami.

Dalam perkembangannya, secara historis, hermeneutik memiliki proses perjalanan pemikiran yang begitu panjang. Buku Seni Memahami karya F.Budi Hardiman telah menjelaskan alur pemikiran hermeneutik modern dari Schleiemacher sampai Habermas di Jerman, serta Ricoeur dan Derrida di Prancis.

Hermeneutik dari delapan pemikir ini dituliskan satu persatu dengan melakukan pemisahan waktu berdasarkan perkembangannya dari satu tokoh hingga tokoh terakhir. Dalam tulisan ini hendak menyimpulkan berbagai macam konsep memahami yang diuraikan dalam Seni Memahami milik F. Budi Hardiman.

Pada mulanya hermeneutik bekerja pada tataran kitab suci, teks hukum, dan filologi yang juga menjadi ranah hermeneutik Schleiemacher. Konsep memahami Schleiemacher tidak dapat dilepaskan dari konteks penulisan teks, khususnya pengalaman si penulis teks itu. Schleiemacher memakai cara diviniasi atau empati psikologis di mana cara ini seolah membayangkan diri sebagai si penulis dan masuk ke dalam pengalaman-pengalaman si penulis. Oleh karena itu hermeneutik Schleiemacher terdapat lingkaran hermeneutis yang dibagi dua, yakni lingkaran gramatis dan lingkaran psikologis.

Filsafat-Memahami

 

Di mana lingkaran gramatis bertolak dari apa yang suatu teks itu muat dan lingkaran psikologis bertolak dari apa yang dibawa oleh si penulis ke dalam teks itu sendiri. Kedua lingkaran hermeneutis ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam hermeneutik Schleiemacher.

Sejalan dengan Schleiemacher yang menerapkan hermeneutik dalam teologi, Bultmann memakai cara demitologisasi dalam memahami teologi. Demitologisasi menurut Bultmann menyatakan intensi otentik mitos untuk berbicara tentang realitas otentik manusia dan atas kesetujuannya terhadap konsep eksistensial Heidegger, mitos memilki dasar pada eksistensi manusia, maka harus diinterpretasi agar dapat dipahami oleh menusia modern. Di sinilah Bultmann mengkritik para ekseget, di mana eksegesis dilakukan atas dasar dogma-dogma. Sementara bagi Bultmann, eksegesisi haruslah terlepas dari presuposisi dogmatis. Dalam teologi Bultmann alih-alih mengambil metode historis, memahami Bultmann malah mencoba untuk memahami dari makna eksistensial.

Presuposisi bagi Heidegger itu sangat penting dalam memahami teks sebab kritik sentral dalam memahami terdapat pada pra-struktur. Di mana pra-struktur sangat penting dalam memahami sesuatu, memahami diarahkan oleh pra-struktur, sebelum mencapai suatu bentuk pemahaman. Konsep hermeneutik Heidegger memhami dipandang sebagai cara berada (dasein), dan berlanjut ke pra-struktur memahami yang kemudia memunculkan eksistensi manusia (sein).

Konsep memahami Heidegger mencoba dilengkapi oleh Gadamer dengan memasukan fusi horizon-horizon yang merupakan peleburan dari jangkauan-jangkauan penglihatan yang mencakup segala hal yang dapat dilihat dari suatu sudut pandang tertentu. Istilah sempitnya mengenai horizon adalah prasangka dalam tradisi. Prasangka dalam tradisi ini hanya dapat diubah dengan prasangka lain, dengan kata lain Gadamer menempatkan hermeneutik sebagai fenomena universal.

Ihwal perkembangan hermeneutik modern, pengaruh pemikiran Dilthey sangat besar. Sebab Dilthey mengintegrasikan memahami ke dalam metode ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan. Integrasi Dilthey ini dipengaruhu oleh filsafat kehidupan atau lenbensphilosophie yang mengedepankan kehidupan batiniah untuk melawan para positivis. Dalam ilmu sejarah, positivisme dianut dalam bentuk histrisme yang berkeyakinan sejarah bergerak menurut hukum-hukum atau mekanisme obyektif seperti ilmu alam. Hermeneutik Dilthey inilah yang kemudian berkembang dalam perkembangan hermeneutik modern pasca Schleiemacher.

Setuju dengan Dilthey, Habermas melihat memahami sebagai proses epistemis, tapi melalui Gadamer, Habermas menempatkan proses epistemis dalam konteks praktis komunikasi sosial. Habermas menunjuk psikoanalisis Freud dan kritik ideologi Marx sebagai praktik hermeneutik kritis. Dalam hermeneutik Habermas mengitegrasikan interpretasi dan kritik, sehingga konsep memahami dilihat sebagai membebaskan.

Dari beberapa pemikiran sebelumnya, oleh Ricoeur disatukan untuk membangun hubungan-hubungan kesamaannya dengan yang lain. Bagi Ricoeur, hermeneutik merupakan upaya menyingkap intensi yang tersembunyi di balik teks. Sebuah teks tidak hanya memiliki makna di dalam dirinya, tapi mengacu juga pada makna di luar dirinya.

Makna teks yang ada di dalam dirinya dan makna yang mengacu di luar dirinya, juga dikembangkan dalam hermeneutik Derrida. Tetapi dalam hermeneutik Derrida, kita mengenalnya sebagai hermeneutik radikal atau dekonstruksi. Di mana proses pembacaan yang memperlihatkan upaya konstruksi dan rekonstruksi makna tidak mencapai tujuannya. Radikalitas hermeneutik Derrida terdapat dalam suatu cara baca yang menangguhkan setiap upaya untuk menstabilkan suatu tatanan makna, dalam arti lain makna selalu ditangguhkan dengan munculnya kemungkinan-kemungkinan makna lain sehingga memahami sesuatu yang pasti.

Memahami berkembang menjadi sebuah kajian yang tidak hanya berkutat pada teks tapi juga pada ranah komunikasi. Konklusi memahami tidak hanya dipersempit dengan adanya makna akhir yang membatasi makna. Tapi dalam memahami makna akan terus ada dan hadir, tergantung dari proses dan cara memahami serta pengetahuan-pengetahuan dari si empunya. Inilah mengapa memahami dapat dikatakan sebagai sebuah seni, sebab dia berproses dan hasilnya bergantung dari si individu yang memahami itu sendiri.

(Penakota.id - rwn/glp)