GAYAHIDUP
15 Jun 2017 11:00
750
Tiga Opini Keliru tentang Penikmat Puisi

Banyak yang beranggapan puisi adalah sesuatu yang pilu, mendayu-dayu dan sendu selalu. Maka dari itu, penikmat puisi pastilah orang yang kemayu, lugu dan juga cupu. Kasihannya orang-orang yang beranggapan seperti itu.

Penakota.id - Opini memang terkadang terdengar baik tapi terkadang juga terdengar kurang baik. Dan prasangka itu hadir bukan tanpa alasan. Tentu yang memberi opini juga berani beranggapan karena mungkin hanya melihat di permukaannya saja. Ada banyak opini keliru tentang penikmat puisi yang justru berasal dari mereka yang sama sekali tidak ‘menyentuh’ puisi. Sudah saatnya kita memberi tahu bahwa agar kekeliruan ini tidak menjamur dan berkembang biak menjadi lebih banyak. Berikut tiga opini keliru tentang penikmat puisi.

 

1. Penikmat Puisi Adalah Orang yang Introvert.

Tentu saja kami harus membantah opini ini dengan tegas. Memang, di luar sana banyak yang berpendapat jika orang yang introvert dan puisi adalah teman curhat yang tak terpisahkan. Namun fakta berkata lain, justru para penikmat puisi rata-rata adalah pemikir berat yang selalu bersentuhan langsung dengan orang-orang agar bisa merasakan keresahan yang mereka alami. Dan itu menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang terbuka dengan hal apapun. Jadi, poin ‘penikmat puisi adalah orang yang introvert’ tidak bisa dibenarkan sepenuhnya.

2. Penikmat Puisi Adalah Perempuan.

Tidak ada gender dalam puisi. Kami mengerti bahwa keindahan yang ada di dalam puisi, entah itu keindahan dari segi estetik suatu bahasa, diksi, maupun makna layak diperuntukkan bagi perempuan. Tapi cobalah untuk sesekali pergi mengunjungi kelas sastra dari berbagai kampus. Di sana kalian akan banyak menjumpai para lelaki yang rata-rata menempati kelas tersebut. Dan sudah pasti mereka membahas, mengulik, dan tentunya menikmati puisi secara lebih ‘dalam’ dari orang kebanyakan. Jangankan penikmatnya, para pembuatnya saja rata-rata laki-laki. Jadi, tampaknya majas sinekdoke pars pro toto atau yang berarti mengungkapkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan, tidak tepat bila dipakai untuk menentukan siapa yang lebih “berhak” dalam menikmati puisi.

3. Penikmat Puisi Pasti Orang yang Suka Galau.

Walau terdengar biasa tapi percayalah anggapan ini sepenuhnya keliru. Mengapa? Tengok saja para tokoh reformasi, para aktivis pejuang keadilan dan para pemikir berat lainnya. Mereka adalah manusia yang tak terpisahkan dari seni tertulis ini dan mereka bukanlah manusia yang suka menye-menye untuk urusan cinta yang kecil dan sepele. Lebih besar dari itu, mereka “galau” untuk memikirkan sesuatu hal yang manfaatnya sangat besar untuk kepentingan banyak umat. Dan kegalauan mereka itu ditempatkan di tempat yang tepat, yaitu dengan membagikan pemikirannya lewat kata-kata. Tak lain dan tak bukan ialah sastra, ‘induk’ dari sesuatu yang sedang kita bicarakan ini.

 

sumber foto: jurnalapapun.blogspot.co.id

(penakota.id - mht/mht)