"Lailaha Ilallah"
Terdengar adzan subuh kala itu
Aku terbangun dari tidur yang menyeramkan dalam mimpi itu diriku di perlihatkan akan seluruh keluargaku yang menangisi kepergianku dalam mimpi itu ku lihat diriku di mandikan, di bisik berbagai kata oleh ibuku hingga di tangisi sampai diriku di kafani. Aku yang melihat hal itu sontak menghampiri dan berbicara " Ma masih hidup saya " tak ada yang mendengarku sampai tiba waktunya aku di makamkan dan diriku terbangun dengan di penuhi peluh dan tak lama dari situ aku menangis tanpa suara.
Namaku Cikal Allicya Hujani Djabier merupakan Putri pertama dari Bapak Yan Suprandy dan Ibu Syifaa Dg. Mabadja. Ayahku merupakan Tokoh publik yang cukup di kenali oleh orang-orang di kota ku Ayahku juga merupakan Lulusan S2 dan menjadi Dosen di salah satu Universitas di Kotaku selain itu Ayahku juga berperan aktif di ruang lingkup kesenian sedangkan Ibuku merupakan Guru Agama Islam di salah satu sekolah yang ada di kotaku selain itu Ibuku juga berperan aktif dalam dunia kesenian. Mungkin dengar latar belakang orang tuaku orang-orang berpikir aku adalah seorang anak yang mempunyai pribadi yang tenang dan tentram tapi tidak pada realitanya.
Berawal dari duduk di bangku sekolah menengah pertama pada saat itu aku masih kelas tiga pergaulan yang sangat dominan dengan lelaki yang membuatku selalu bersikap santai dan tidak peduli akan kata orang lain. aku seorang anak yang pembangkang dan populer di sekolah karena kasus-kasus yang harus menyerempetku hingga masuk kedalam ruang ketakutan siswa yah Ruang BP kasus tak lain yaitu berkelahi, adu mulut dengan guru, Tawuran pada saat itu aku satu-satunya perempuan yang terlibat akibat perilaku yang ku buat Ibuku sering mendapat teguran dari Guru yang lain agar lebih baik lagi untuk mendidik ku Ibuku adalah salah satu Guru di sekolahku, tak jarang Ibu sering memarahiku tapi kembali lagi akan sikapku yang santai dan tidak peduli hari ini di nasehati esoknya berulah lagi begitu seterusnya sampai aku meninggalkan sekolah menengah pertama untuk melanjutkan sekolah menengah atas.
Aku mendaftar di Sekolah yang mayoritas lelaki yah STM dan kabar baiknya aku lolos di sekolah itu tapi yang buruknya Ibuku telah mendaftarkan ku di Sekolah Madrasah. Mengingat sifatku yang brutal dan bandel ibuku ingin aku berubah dengan cara menyekolahkanku di Salah satu madrasah tapi itu sia-sia saja pasalnya berhijab saja aku masih tak sanggup aku mengenakan hijab hanya di sekolah saja selebihnya pakaianku sangat terbuka bahkan tak jarang aku memakai celana pendek untuk beraktivitas di luar. semakin menjadi saja kelakuanku mulai dari merokok, minum-minuman keras di usia muda bahkan pulang larut malam dan terkadang tak pulang Ayahku sangat lelah melihat perilaku buruk ku sampai ketika aku di pindahkan di salah satu Madrasah yang berada di luar kota orang tuaku berharap dengan cara seperti itu aku dapat berubah tapi sia-sia saja menurutku justru disini aku semakin menjadi-jadi. disini aku mempunyai banyak teman yang pergaulannya hampir cukup sama dengan ku disini aku tak kekurangan rokok sama sekali dan tak memikirkan orang tuaku yang berharap aku dapat berubah. Terlalu asyik dengan dunia terdengar kabar bahwa orang tuaku berpisah di akibatkan orang ketiga dan disinalah hidupku serasa tidak punya arti, tak pikir panjang hari itu ku putuskan untuk pulang dan kembali bersekolah di sekolahku yang sebelumnya. Sesampainya di Rumah aku ertanya pada adik ku tentang kronologi kejadian karena aku tak kuat untuk bertanya pada Ibu. dalam hati aku berkata akan ku cari perempuan itu. selang satung minggu aku bertemu dengan perempuan yang merusak Rumah tangga orang tua ku tak ada basa basi langsung saja menghantam,menginjak dan berkata kasar kepada perempuan itu sampai setelah aku puas aku pun meninggalkan perempuan itu sendiri.
Kacau sangat kacau sesampainya di rumah Ayah beradu mulut denganku dia lupa kalau aku ini adalah gambaran amarahnya lumayan cukup lama Ayah berdebat denganku sampai akhirnya Ayahku mengalah dan aku benci padanya hampir setahun aku tak berbicara dengannya, aku menghilangkan segala pikiranku dengan cara merokok, minum minuman keras, menggunting rambut sampai mewarnai rambut tapi setelah semua baik-baik saja Ayahku kembali berbicara padaku dan kami pun berdamai tapi tidak dengan perilaku pribadiku,aku masih saja seperti itu hingga aku menjadi mahasiswa. Ruang lingkup mahasiswa yang bebas membuatku semakin menjadi untuk bebas berekspresi ditambah lagi aku adalah pelaku seni yang cukup kritis dalam soal tulis menulis mungkin merokok adalah hal yang biasa ketika sedang berpikir aku cukup aktif di seni dan tak jarang tulisan-tulisanku selalu menang dalam ajang perlombaan. rasanya aku cape sama semuanya tak jarang aku selalu berpikir Tuhan ambil saja nyawaku tapi dengan cara apa ku tebus dosa jahannam ku ini (Tak lama akupun tertidur)
( Man Robbuka Ma dinuka Man nabiyyuka ? )
Suara itu sontak membuatku terbangun dan melihat sekitar yang pada saat itu tak ada seorang pun di kamarku dan akupun kembali tertidur.
"Lailaha Ilallah"
Yasin walqur'anil hakim
kalimat itu membuatku kaget mengapa rumahku sangat ramai bahkan ada orang yang tak ku kenal datang menangis dan membuatku tak sadar bahwa yang mereka tangisi itu adalah aku. Aku cukup penasaran siapa yang meninggal ? sampainya aku di belakang rumah ku lihatyang di mandikan itu tak lain adalah aku yang membuatku tersandar di pintu melihat diriku yang sudah mati, aku sungguh hanya memperhatikan diriku dan bertanya-tanya ada apa dengan diriku kulihat ibu begitu terisak isak tangisnya melihat dan mendekapku ketika aku hendak di kafankan sontak aku berkata " eh kodongee disini saya ma " namun tak ada yang mendengar sampai tiba diriku akan di makamkan ku lihat Ayahku dan dan orang-orang itu memasukkan ku ke dalam liang lahat yang gelap dan Ayah menutp jasadku dengan papan dan mengadzankan ku untuk terakhir kalinya pelan-pelan tanah menimbun badanku dan membuatku terbangun ternyata itu hanyalah mimpi tapi mimpim itu seperti sangat nyata ku rasa badanku sakit saat bangun. aku tak ingin menceritakan hal ini pada siapapun tapi rasanya sangat aneh jika aku tak berbicara pada ibu.esoknya ku ceritakan hal ini pada ibu dan ibu hanya tersenyum dan berkata pelan-pelan di mulai dari menutup aurat awalnya sangat berat karena aku tak begitu terbiasa akan memakai hijab tapi pelan-pelan akan ku coba dan alhamdulillah bisa rasanya agak kurang jika memakai hijab bentuk tubuh masih terlihat jadi ku putuskan aku akan mengenakan gamis agar lekuk tubuhku tak kelihatan alhamdulillah hal ini membuatku terbiasa dan aku mulai memperbaiki sholat wajib sebab aku pernah mendengar ulama berkata "Perbaiki sholatmu maka Allah akan perbaiki hidupmu" dan hal itu pelan-pelan ku dapatkan mulai dari aku berhenti merokok dan minumdan mengurangi berinteraksi dengan laki-laki jika bukan hal yang penting dan saat ini aku tak memikirkan apapun selalin masa depanku. Ma shaa Allah nikmat yang sangat ku syukuri terima kasih pada Tuhan khaliq semesta alam tak meminta banyak aku hanya meminta agar hatiku di tegarkan dalam istiqomah yang baik dan jalannya di ridhoi olehmu Aamiin.