

Ada jalan-jalan dalam hidup yang tak pernah kita pilih, tapi justru di sanalah langkah kita berakhir. Mungkin karena takdir, mungkin karena kita terlalu lelah untuk menolak arah yang dunia tunjukkan.
Hari itu, aku tak berniat berangkat ke mana pun. Tapi pagi datang dengan dingin yang aneh — seolah ada yang memanggil dari kejauhan, dari masa lalu yang belum selesai. Aku hanya tahu, ada sesuatu di dalam dada yang mengusikku: semacam panggilan untuk kembali.
Aku berjalan tanpa tujuan pasti, mengikuti lorong-lorong kota yang dulu terasa akrab tapi kini asing. Gedung-gedung menjulang seperti penjaga waktu, dan aroma hujan pertama setelah kemarau menusuk hidungku — campuran antara tanah basah dan kenangan yang mulai hidup kembali.
Dalam setiap langkah, aku teringat satu hal: tidak semua kepergian dimulai dengan niat,
dan tidak semua kepulangan berakhir dengan penerimaan.

