Aku kembali menulis, setelah kurang lebih 7 bulan tidak menuliskan apapun di platform ini. Aku telah melewati masa-masa sulit. Masa-masa yang membuatku gila sembari waras. Aku akan segera menuntaskan masa itu. Namun, aku merasa sedih karena akan menuntaskan masa itu. Sejak 2020 hingga 2025, tulisanku penuh akan abstraksi cerita yang tentunya memiliki makna ganda. Tak akan ada yang tahu makna sebenarnya dari semua cerita yang aku buat, kecuali diriku sendiri. Aku membuat cerita tersebut dengan beragam perasaan di dalamnya. Senang, sedih, marah, kecewa, bangga, sombong, angkuh, dan lain-lain.
Sekarang, aku berusaha menulis kembali.
Tahun 2022, tahun genap dengan petualangan yang banyak. Aku mulai mencoba berbagai kepanitiaan dari tingkat program studi hingga universitas. Walaupun memang banyak hal yang tidak mengenakan disana. Tetapi, aku merasa memiliki beragam pengalaman disana. Dari pengkhianatan, permusuhan, pembungkaman, Iri dengki seseorang, hingga ketulusan dan arti dari kebaikan.
Kesibukan itu muncul sebagai bentuk penekanan terhadap rasa sakit yang berusaha dilalui. Hingga aku tidak menghiraukan bunga yang sedang bertumbuh dengan sendirinya. Bunga yang 2022 lalu aku temui, sekarang perlahan menambatkan akarnya lebih dalam agar bisa tumbuh lebih kokoh.
Mungkin aku hanya sebuah kumbang yang berlalu lalang melewati padang rumput tanpa pernah singgah ke bunga itu. Bunga yang saat itu masih menjadi tunas. Bunga itu terus bertumbuh walaupun terdapat rumput tajam yang menjeratnya. Tanahnya subur, tanahnya punya humus yang baik. Namun, bertumbuhnya berbarengan dengan rumput tajam yang menjeratnya. Mungkin itulah penyebab mengapa aku tidak pernah menghiraukannya. Namun, setiap aku terbang, aku menyadari bahwa dia sedang bertumbuh walaupun terjerat dengan rumput tajam itu.
Tahun 2022 berlalu dan tahun ganjil berikutnya menghampiriku. Bagaikan lebah yang membawa banyak sari bunga, aku pun demikian. Tiga tingkatan kegiatan tersebut aku ambil. Masih sebagai bentuk atas penekanan terhadap rasa sakit yang berusaha dilalui. Layaknya kerang yang terus melapisi bibit mutiara agar menjadi terang.
Aku masih berlalu lalang, tidak menghiraukan apapun. Namun, aku menyadari bahwa aku tertarik kepada bunga itu. Bunganya sudah memiliki kelopak, percabangan tangkainya semakin kuat, namun dia masih terlilit tanaman rumput tajam itu. Aku menyadari bahwa rumput tajam itu masih ingin bersama bunga itu. Tapi aku yakin, tanah berhumus itu akan membantunya. Pupuk-pupuk akan membuatnya semakin tangguh.
Tahun ganjil itu aku tuntaskan dengan kendala jiwa yang besar. Situasi yang membuatku sadar bahwa hewan berjenis homo sapiens itu memanglah unik. Makhluk-makhluk sialan yang amoral, memiliki egosentrik namun tetap ingin berkelompok. Begitulah mereka.
Tahun genap yang kabisat. Arah yang tak menentu, kebingungan luar biasa. Namun aku mulai menyadari bahwa aku harus terbang dengan arah. Bunga itu pelan-pelan menunjukan sari bunganya. Bagaikan kumbang, aku berusaha mendekat. Namun, aku sadar bahwa rumput tajam itu masih ada. Dia belum mati, dia masih meliliti bunga itu. Aku memperhatikannya.
Lambat laun aku semakin mengenal padang rumput itu. Bunga yang terlilit rumput tajam itu merupakan bunga langka. Mungkin itu penyebabnya mengapa rumput tajam itu ada. Tetapi perlahan rumput itu pun layu karena bunga tersebut perlahan memiliki akar yang semakin kuat menancap, sekaligus dengan semakin kuatnya tangkai bunga tersebut.
Tahun ganjil yang kedua. Aku mulai memahami arah terbangnya. Aku lewati berbagai padang rumput dengan berani. Sampai di suatu titik aku menyadari bahwa aku mulai menuntaskan perjalanan ini.
Bunga tersebut semakin tinggi. Banyak sekali serangga yang menghampirinya. Lebah, Kupu-kupu, capung, hingga kumbang. Bagaikan kumbang, aku menyadari bahwa rumput tajam yang melilitinya sudah mati. Dia sudah berubah menjadi humus yang menyelimuti tanah itu. Akar dan tangkainya semakin kuat.
Aku yakin berbagai cuaca akan bisa dihalau olehnya.
Bunga tersebut terus bertumbuh.
Biarkanlah agar dia menikmati pertumbuhan itu.
Jangan dipaksa, jangan memaksa.
Terus bertumbuh, dan aku akan selalu memperhatikannya selayaknya kumbang.