Cerita Tentang Anak Manusia
Cerpen
Kutipan Cerpen Cerita Tentang Anak Manusia
Karya Intanabila
Baca selengkapnya di Penakota.id

Malam gelap gulita, hanya menyisakan secercah cahaya dari sela-sela ventilasi pintu kamarnya. Lampu di atas sudah mati, namun pikirannya berkelana kemana-mana. Memikirkan hal-hal yang tidak perlu, hal-hal yang harus dipikirkan sejak beberapa hari yang lalu, hal-hal yang hanya membuat kepalanya sakit jika dipikirkan dengan berlebihan.


Entahlah, semenjak kepergian mereka semua, rumah terasa begitu sepi dan mati. Tak ada kehidupan lagi di dalam rumah yang dulunya hangat ini. Tak ada suara teriakan ibu yang membangunkanku ketika pagi mendatang, tak ada suara ayah yang menyuruhku untuk membuatkan ia kopi panas pahit, dan tak ada lagi suara adik yang selalu ingin menggangguku setiap kali aku berbuat hal yang mengasyikkan.


Mereka semua dengan bengisnya meninggalkan diriku sendirian bersama dengan rumah tua yang sudah hampir rubuh. Mereka meninggalkanku dengan semua kenangan yang berperan seperti bomerang, semuanya menghantamku dengan jahatnya.


Terluka? Sudah pasti, tapi apa yang bisa aku perbuat? Hanya diam menyaksikan diri ini terluka dan mati secara perlahan. Mungkin hanya tinggal beberapa jam lagi, aku akan bertemu kembali dengan mereka. Tetapi, entah apakah mereka masih ingin bertemu dengan diriku. Seharusnya aku ikut bersama mereka, tetapi aku bersikeras untuk tetap tinggal di rumah karena sedang kesal dengan mereka semua.


Ternyata, memang lebih baik diriku ikut bersama mereka. Begini jadinya jika aku tidak ikut mereka bertiga. Sebuah nelangsa yang amat dalam menimpa ketiganya. Berita mencekam yang baru aku dengar selama seumur hidupku.


"Hallo, dengan siapa saya berbicara?" ucap suara berat di ujung sana menggunakan ponsel Ayah.


"Iya saya Angel, anak dari Bapak Suprapto yang ponselnya sedang Anda gunakan, ada apa ya, Pak?" jelasku kemudian bertanya kepada seseorang yang mengambil ponsel Ayah.


"Saya seorang polisi yang sedang berpatroli di daerah C, bisakah Adik Angel datang lokasi ini? Kondisi Ayah, Ibu, dan saudari Anda sedang tidak baik-baik saja, saya tunggu kedatangan Anda di depan rumah sakit B di Kota C." Begitu jelas seorang bapak yang mengaku seorang polisi di ujung sana.


Aku yang mendengar itu seketika mengerutkan kening. Seperti tidak memercayai hal yang diucapkan orang tadi di telepon. Aku hanya mengetahui bahwa Ibu, Ayah, dan Adikku sedang berada di rumah Bibi Janet untuk melakukan kunjungan di hari raya ini.


Semula aku tidak ingin pergi, tetapi tubuhku seolah bergerak sendiri dan mendorongku untuk berjalan menuju pintu depan. Segera aku mengambil ponsel dan memesan ojol untuk segera mengantarku ke rumah sakit B, di kota C.


Sesampainya di rumah sakit tersebut, aku masih tidak percaya akan hal itu. Namun, tetap saja kakiku melangkah mendekati resepsionis rumah sakit dan mulutku berbicara, menanyakan sebuah pertanyaan yang tak bisa otak dan hatiku terima.


"Permisi Kak, apakah ada pasien bernama Pak Suprapto, Ibu Yana, dan Saudari Akrin yang baru saja masuk rumah sakit ini?" tanyaku tanpa sadar, dan aku berharap jawabannya adalah tidak.


"Yang baru masuk? Oh iya ada, Kak, mari saya antarkan ke UGD," ucap kakak perawat tersebut.


DEG!


Ternyata benar? Mengapa bisa begitu? Mendadak seluruh tubuhku menegang dan saliva dalam mulutku terasa sangat sulit untuk ditelan. Apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka. Tiba-tiba saja, dari arah belakang seseorang menghampiriku. Seorang pria dengan seragam lengkap polisi, lengkap dengan seluruh perintilannya.


"Angel, benar? Anak sulung Bapak Suprapto?" tanya bapak polisi itu.


"Iya benar, Pak, Bapak yang tadi menelpon saya?" tanyaku to the point.


"Iya itu saya, sekarang kamu ikut saya," jawab pak polisi tersebut.


Aku hanya menganggukkan kepalaku sekali dan segera mengikuti langkah cepat dan terburu-buru dari pria paruh baya itu. Kami benar-benar mengarah ke UGD, semakin dekat dengan ruangan itu, tubuhku semakin sulit digerakkan dan kakiku semakin berat melangkah.


Seketika sampai di depan sebuah kamar di ruangan UGD, betapa terkejutnya diriku melihat orang-orang yang selama ini berada di sampingku, tertidur dengan sangat nyenyak di atas brankar. Kamar yang tadinya hanyalah sebuah kamar biasa untuk menangani mereka yang membutuhkan pertolongan, kini berubah menjadi kamar mayat.


Tatapan mataku kosong, menatap ke arah ketiga mayat wanita dan pria di depan sana. Tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa, aku hanya diam mematung dan lututku mulai melemas.


BRUK!!


Aku terjatuh, terduduk di atas ubin rumah sakit dingin. Dinginnya bahkan merasuk ke dalam kulitku dan menusuk-nusuknya dengan kejam. Otak dan hatiku sudah tak sinkron lagi, kebingungan merayap menguasai diriku, tidak bisa menangis dan tidak bisa tertawa. Hanya diam dan mematung.


"Kami menemukan mereka mengalami kecelakaan lalulintas di jalan tol menuju kota C, mobil yang mereka tumpangi sudah remuk dan hancur, mereka bertabrakan dengan sebuah truk pengangkut minyak," jelas bapak polisi itu memberitahukan kronologi kejadian yang menimpa orang tuaku dengan detail kepadaku.


"Terima kasih atas infonya, Pak," ucapku dengan kekuatan yang tersisa.


Segera aku berdiri dan berjalan mendekat ke arah mereka bertiga. Satu-satu tanganku menutupi wajah mereka dengan kain putih, hingga sebuah air mata menitik, terjatuh di kain putih milik Ibu. Aku tidak bisa tanpamu Ibu, dan aku tidak akan kuat tanpamu Ayah, sekalipun aku memiliki teman, aku tetap akan kesepian tanpamu Akrin, Adikku sayang.


🌻🌻🌻


Sudah lebih dari seminggu semenjak kejadian itu. Aku masih berada di tempat yang sama, di atas kasur yang keras dan dingin, ruangan yang gelap gulita, dan gubuk tua yang hampir rubuh. Sama seperti beberapa jam yang lalu, tak bergerak hanya diam merenung. Tubuhku diam, tetapi pikiranku berkelana hingga ke tempat yang paling dalam.


Sepintas harapan muncul di kepalaku. Sebenarnya aku bisa bertemu mereka kembali, jika aku melakukannya. Segera aku berdiri, melangkah menuju dapur untuk mengambil sesuatu. Sebenarnya aku meragukan bahwa rumah ini akan kuat menahan diriku. Namun, aku tak akan tahu jika belum mencoba.


Kursi plastik putih aku letakkan di bawah sebagai titian. Benda panjang putih segera aku ikat simpul, memeluk dengan erat kayu-kayu yang menjadi kerangka rumah. Benar-benar mengaitkan mereka dengan sangat erat agar tidak terpisah.


Simpul itu kemudian aku letakkan di depan leherku, menariknya dengan kencang hingga terasa mencekik. Dengan segala keputusasaan, kursi yang menjadi titian kakiku, kutendang dengan keras. Membiarkan diriku meronta-ronta karena tali itu mulai menjerat leherku dan memutuskan jalur pernapasan di dalam tubuh ini. Aku akan segera menyusul Ibu, Ayah, dan Akrin, Adikku... Tunggu aku...


🌻🌻🌻


"... Pagi ini, tepat pukul 9 pagi, ditemukan sebuah mayat seorang wanita tergantung di sebuah rumah tua yang dekat dengan bantaran sungai kota B. Laporan ini kami terima dari seorang Ibu yang mengaku sebagai tetangga korban. Ibu Herawati menjelaskan bahwa korban bernama lengkap Angel Larasati, berusia 19 tahun dan dikabarkan meninggal dunia akibat menggantung dirinya sendiri di dalam rumah, hal ini diduga karena depresi dan merasa bersalah karena kepergian kedua orangtuanya dan adiknya yang terlibat kecelakaan lalulintas seminggu yang lalu..."



- Tamat -



22 Apr 2023 12:26
49
Kota Samarinda, Kalimantan Timur
2 menyukai karya ini
Baca bab lainnya
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: